Meningkatkan Konsumsi Buah dan Sayuran dengan Memanfaatkan Media Sosial
Media sosial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran di kalangan generasi muda.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas di media sosial berpengaruh terhadap pola konsumsi generasi muda yang banyak menghabiskan waktunya di ruang digital. Penelitian terbaru di Aston University, Inggris, mengungkap, media sosial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran.
Para peneliti menemukan orang-orang yang mengikuti akun makanan sehat di media sosial selama dua pekan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran. Sementara konsumsi junk food cenderung lebih sedikit.
Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Sage Journals, Rabu (24/4/2024). Penelitian melibatkan puluhan sukarelawan pengguna media sosial dengan usia rata-rata 22 tahun. Mereka dibagi dalam dua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan akun yang diikuti di media sosial.
Sukarelawan kelompok pertama yang disebut sebagai kelompok intervensi mengikuti akun Instagram makanan sehat. Sementara sukarelawan kelompok kedua yang dinamai kelompok kontrol mengikuti akun yang menjelaskan perihal desain interior.
Percobaan ini berlangsung selama dua minggu. Para peserta diminta mencatat apa yang mereka makan dan minum selama periode waktu itu. Hasilnya, sukarelawan pada kelompok pertama mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dibandingkan sebelum mengikuti percobaan tersebut.
”Studi percontohan baru ini menunjukkan bahwa intervensi media sosial berhasil mendorong pola makan yang lebih sehat dengan dampak yang besar setelah dua minggu. Oleh karena itu, platform media sosial dapat menjadi alat yang tepat untuk mendorong pola makan sehat,” demikian tertulis dalam hasil penelitian itu.
Perubahan kecil di media sosial berdampak terhadap perbaikan besar dalam pola makan.
Masyarakat telah mengetahui bahwa mengonsumsi buah dan sayuran baik untuk kesehatan. Namun, kampanye untuk membiasakan mengonsumsi makanan sehat ini tidak selalu berhasil. Banyak orang, terutama generasi muda, lebih tertarik pada junk food.
Penulis pertama penelitian itu, Lily Hawkins, mengatakan, uji coba dalam studi tersebut menunjukkan bahwa intervensi media sosial dapat mendorong pola konsumsi seseorang menjadi lebih baik. ”Sekarang kami ingin memahami apakah hal ini dapat direplikasi dalam sampel komunitas yang lebih besar,” ujarnya dilansir dari Sciencedaily.com, Jumat (26/4/2024).
Studi survei kesehatan National Health Service (NHS) untuk Inggris pada 2018 menunjukkan, hanya 28 persen penduduk negara itu yang mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran yang direkomendasikan per hari. Rendahnya konsumsi makanan tersebut berkorelasi dengan penyakit jantung, kanker, dan stroke.
Hal ini mendorong sejumlah pihak untuk mengampanyekan pola konsumsi yang lebih sehat. Memasang poster di kantin untuk mendorong konsumsi sayuran atau di bar untuk mencegah konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah yang berbahaya telah dilakukan.
Karena penggunaannya semakin masif, media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan hal-hal positif terkait mengonsumsi buah dan sayuran, khususnya di kalangan generasi muda. Peneliti lain, Jason Thomas, mengatakan, studi itu merupakan temuan menarik karena menunjukkan bahwa perubahan kecil di media sosial berdampak terhadap perbaikan besar dalam pola makan.
”Penelitian sangat penting untuk memeriksa apakah intervensi tersebut benar-benar mengubah persepsi kita terhadap apa yang dikonsumsi orang lain dan apakah intervensi ini menghasilkan efek yang bertahan lama,” ucapnya.