Selain faktor keimanan dan mental, kemampuan fisik calon jemaah juga sangat penting dalam pelaksanaan ibadah haji.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Selain faktor keimanan dan mental, kemampuan fisik calon jemaah juga sangat penting dalam pelaksanaan ibadah haji. Memiliki fisik sehat dan bugar akan memudahkan jemaah dalam melakukan setiap tahapan dan rangkaian haji, mulai dari pemberangkatan, ibadah di Mekkah, saat berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, hingga tiba kembali di Tanah Air.
Pentingnya persiapan fisik calon jemaah ini juga menjadi fokusKementerian Agama (Kemenag) dengan menggelar peluncuran senam haji Indonesia di Asrama Haji Pondokgede, Jakarta, Minggu (28/4/2024). Kegiatan ini diikuti lebih dari 28.000 calon haji Indonesia baik secara luring maupun daring.
”Peluncuran senam haji bagian dari ikhtiar menjaga kebugaran jemaah haji agar mereka bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan lancar, sehat, dan bugar hingga sehat pula saat pulang,” ujar Sekretaris Jenderal Kemenag Ali Ramdhani dalam acara tersebut.
Ramdhani menjelaskan, gerakan senam haji dikemas untuk menjaga kebugaran dan ketahanan fisik jemaah. Gerakan senam ini disusun berdasarkan kajian dan penelitian para pakar kesehatan agar bisa diterapkan untuk seluruh jemaah haji Indonesia.
Peluncuran senam haji bagian dari ikhtiar menjaga kebugaran jemaah haji agar mereka bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan lancar, sehat, dan bugar hingga sehat pula saat pulang.
Ramdhani menegaskan, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap faktor kesehatan dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Sebab, kuota haji tahun ini mencapai 241.000 anggota jemaah atau terbanyak dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, terdapat lebih dari 45.000 calon anggota jemaah yang masuk kategori lanjut usia (lansia). Oleh karena itu, tahun ini Kemenag kembali mengusung slogan ”Haji Ramah Lansia”.
Faktor kesehatan juga menjadi perhatian karena terdapat lebih dari 770 anggota jemaah haji yang wafat dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun lalu. Angka ini tiga kali lebih banyak dibandingkan ibadah haji tahun 2019 atau sebelum pandemi dengan jumlah jemaah wafat 249 orang. Jumlah jemaah yang wafat tahun lalu tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
”Kesehatan jemaah haji menjadi concern (perhatian). Kita ingin jemaah haji berangkat dalam keadaan sehat, bisa menunaikan ibadah haji dengan baik, dan pulang ke Tanah Air juga dalam keadaan sehat," ungkap Ramdhani.
Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan, senam haji ini dirumuskan tim Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) dan Perhimpunan Dokter Spesialias Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Perdosri) dengan gerakan low impact atau aktivitas fisik dengan beban rendah.
”Perdokhi sudah mengatur sedemikian rupa sehingga bisa diterapkan di rumah maupun saat perjalanan di pesawat ke Tanah Suci. Jenis senamnya low impact, bukan aerobik yang menguras tenaga,” kata Hilman.
Meski low impact, gerakan senam haji diharapkan mampu menjadi bekal jemaah sebelum berangkat untuk menjaga kebugaran kondisi saat melaksanakan ibadah haji.
Batik haji
Selain senam haji Indonesia, dalam kegiatan tersebut juga diperkenalkan batik haji Indonesia. Ramdhani menyebut bahwa hal ini merupakan terobosan baru setelah 12 tahun batik jemaah haji tidak pernah berganti. Seragam batik ini diperoleh melalui Sayembara Desain Batik Haji pada 2023.
”Kami harap seragam batik ini lebih mencerminkan identitas Indonesia dan mudah dikenali oleh jemaah dari banyak negara di dunia,” ucapnya.
Hilman menambahkan, dalam kegiatan pengadaan batik haji ini, Kemenag melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sejumlah daerah di Indonesia. Setiap anggota jemaah diperkirakan membutuhkan 3 meter kain batik. Jadi, total ada sekitar 700 kilometer kain batik untuk seluruh jemaah sehingga pembuatan melibatkan banyak UMKM.
Batik baru jemaah haji Indonesia berwarna ungu bermotif sekar arum sari yang terinspirasi dari melati putih, motif kawung, motif truntum, motif songket dan tenun, serta burung garuda. Motif ini mengambil filosofi puspa nasional Indonesia berupa bunga melati putih yang melambangkan kesucian, keagungan, kesederhanaan, ketulusan, keindahan, dan kerendahan hati.