Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Memasuki Tahap Pengangkatan Balok Girder
Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B saat ini 10,4291 persen dan ”test track” ditargetkan dilakukan pada September.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan proyek LRT (light rail transit) Jakarta Fase 1B telah memasuki pengangkatan balok girder pada tumpuannya. Ditargetkan per September 2024 dapat dilakukan test track, yakni kereta dapat berjalan dari Stasiun Velodrome sampai dengan Stasiun Rawamangun.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Iwan Takwin mengatakan, saat ini pembangunan LRT Jakarta Fase 1B dengan rute sepanjang 6,4 kilometer (km) yang menghubungkan Velodrome-Manggarai telah memasuki pekan ke-31. Proyek LRT ini telah memenuhi persentase pembangunan sebesar 10,4291 persen yang mengindikasikan deviasi positif terhadap keseluruhan rencana proyek LRT Jakarta.
”Pada pekan ke-31 ini, pembangunan LRT Jakarta Fase 1B telah menginjak salah satu milestone penting, yaitu erection girder (pengangkatan balok girder pada tumpuannya), yang dilakukan pertama kali pada 20 April 2024,” tutur Iwan, Senin (29/4/2024).
Girder merupakan salah satu struktur penopang utama untuk lintasan rel kereta LRT Jakarta. Iwan menjelaskan, pengangkatan girder untuk pertama kali dilakukan di area Jalan Pemuda, Rawamangun, tepatnya pada area span P06-07B, yang berdekatan dengan Jakarta International Velodrome (JIV) dan Mall Arion. Girder yang digunakan adalah jenis PCU girder dengan panjang 31,5 meter yang mana setiap spannya akan digunakan dua buah PCU girder untuk menopang dua jalur rel yang nantinya akan dibangun pada tahapan selanjutnya.
Sebelum melakukan proses pengangkatan girder, tim Jakpro (Perseroda) dibantu pihak Project Management Consultant (PMC) dan kontraktor untuk menyusun analisis keselamatan dan risiko terkait metode pengangkatan secara matang.
”Setelah itu dilakukan sertifikasi terhadap alat angkat yang berupa pengecekan non-destructive test (NDT) dan wire sling oleh tim penilai Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta,” kata Iwan.
Proses pengangkatan girder dilakukan dengan menggunakan dua crawler crane yang masing-masing memiliki kapasitas 275 ton yang ditempatkan di kedua belah sisi girder (P06B dan P07B). Kemudian girder yang telah terbentang di antara keduanya diangkat dari permukaan tanah hingga bagian atas kepala kolom utama.
Secara keseluruhan, proses persiapan hingga pengangkatan girder ini menggunakan kesempatan window time, yaitu pukul 22.00-04.30 WIB. Proses pengangkatannya sendiri hanya memakan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam per girder.
Girder yang digunakan adalah jenis PCU girder dengan panjang 31,5 meter yang mana setiap spannya akan digunakan dua buah PCU girder.
Iwan mengatakan, aspek keamanan selalu menjadi poin utama dalam pekerjaan proyek LRT Jakarta, termasuk dalam pengerjaan pengangkatan girder. Selain kesiapan peralatan, saat kegiatan pengangkatan girder juga dilakukan rekayasa lalu lintas di area pengangkatan.
”Dalam proses ini, tim Jakpro turut melibatkan pihak Satlantas Kepolisian RI dan Dishub DKI Jakarta untuk memastikan kelancaran lalu lintas,” ujar Iwan.
Adapun setelah proses pengangkatan girder, fase konstruksi selanjutnya adalah diafragma atau penyambungan dua girder untuk dijadikan satu kesatuan struktur bangunan. Setelah tahapan ini selesai, selanjutnya akan dikerjakan konstruksi slab deck yang menjadi lantai kerja guna pekerjaan track work, seperti pemasangan sleeper dan juga rail track.
Iwan mengatakan, saat nanti rampung, LRT Jakarta Fase 1B yang menalan biaya hingga Rp 5,5 triliun dari APBD DKI ini akan menghubungkan antara Velodrome-Manggarai dengan bentang sepanjang 6,4 kilometer dan terdiri dari lima stasiun antara, yaitu Stasiun Rawamangun, Stasiun Pramuka BPKP, Stasiun Pasar Pramuka, Stasiun Matraman, dan Stasiun Manggarai.
Setelah pembangunan Fase 1B ini selesai dan beroperasi, LRT Jakarta akan memiliki 11 stasiun dengan panjang jalur 12,2 kilometer yang dapat ditempuh selama 26 menit.
Menurut Iwan, selain meningkatkan konektivitas antarwilayah, pembangunan LRT Fase 1B nantinya juga berpotensi meningkatkan daya saing Kota Jakarta sekaligus memberikan dampak ekonomi. Misalnya, peningkatan pendapatan warga sekitar seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di sekitar stasiun.
Mengenai proyek ini, Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menyampaikan, bila dicermati, trase LRT Jakarta Fase 1B jauh lebih kompleks dibandingkan dengan trase fase 1 dari Velodrome ke Kelapa Gading. Tingkat kepadatan mobilitas dan lalu lintas di trase Velodrome ke Manggarai berbeda dengan tingkat kepadatan mobilitas dan lalu lintas di trase Velodrome ke Kelapa Gading.
Di Fase 1B dari Velodrome ke Manggarai, menurut Aditya, hambatan cukup banyak. Dimulai dari kepadatan di Jalan Pramuka, Jalan Pemuda, Jalan Tambak, lalu ada flyover dan underpass di Matraman, juga ada by pass di Jalan Pemuda. Dengan kompleksitas yang disebutkan, ia meminta PT Jakpro tidak kejar tayang dalam pembangunan Fase 1B.
”Yang paling penting adalah kajian dan perencanaannya, amdal lalu lintasnya, manajemen dan rekayasa lalu lintasnya,” kata Aditya (Kompas.id, 19 Juni 2023).
Berharap segera rampung
Sejumlah warga, baik Jakarta maupun luar Jakarta, pun berharap proyek pembangunan LRT Jakarta Fase 1B segera rampung. Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dari Bogor, Jawa Barat, Vella Intan (22), antusias menanti penyelesaian pembangunan rute baru LRT Jakarta itu.
Untuk menuju UNJ, Vella setiap hari berangkat dari Bogor menggunakan KRL. Ia turun di Stasiun Manggarai lalu transit menggunakan Transjakarta menuju Halte Velodrome. Dengan adanya LRT ini, waktu perjalanan menuju kampusnya akan lebih cepat karena tak perlu terjebak macet saat naik Transjakarta.
”Kalau sudah beroperasi nanti berangkat kuliah bisa menggunakan LRT dari Manggarai setelah transit KRL. Kalau pakai LRT bisa istirahat di perjalanan dengan lebih nyaman,” lanjutnya.
Vella berharap, dengan beroperasinya LRT Jakarta rute baru ini, warga Jakarta dan sekitarnya bisa menggunakan transportasi umum sebagai moda transportasi sehari-hari. Selain mengurangi kemacetan, transportasi umum juga menjadi solusi mengurangi polusi.
Warga Jakarta Timur, Ihsan Satria (27), mengatakan, LRT bisa jadi opsi transportasi umum bagi masyarakat yang kerap beraktivitas di Rawangun.
”Harapan saya LRT Jakarta fase ini bisa cepat selesai, biar ada opsi transportasi kalau ke UNJ atau daerah Rawamangun. Saya bekerja di Rawamangun dan tiap hari pulang pergi dari Grogol ke Rawamangun. Kalau ada LRT ini nanti bisa naik kereta saja,” katanya.
Adapun pembangunan keseluruhan LRT Jakarta Fase 1B ditargetkan selesai pada tahun 2026. Sementara Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menargetkan hingga tahun 2024 LRT Jakarta Fase 1B dapat rampung satu perjalanan hingga Stasiun Pemuda.