PDI-P lebih bermartabat jika menjadi kekuatan pengontrol demi menjaga nasib dan masa depan demokrasi di republik ini.
Oleh
BUDI SARTONO SOETIARDJO
·2 menit baca
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka resmi ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden RI terpilih sejak 24 April 2024. Penetapan dilakukan Komisi Pemilihan Umum setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak untuk seluruhnya gugatan paslon capres/cawapres nomor urut 1 dan nomor urut 3.
Pemilu Presiden 2024 dipenuhi dengan berbagai kontroversi, berawal dari sebuah putusan MK yang meloloskan anak sulung Presiden Joko Widodo menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Masyarakat terbelah dengan putusan MK tersebut, yang menyisakan kekecewaan mendalam bagi beberapa kalangan yang merasa tercederai nurani dan rasa keadilannya oleh serangkaian proses yang disebut sarat dengan pelanggaran etika.
Rakyat sudah tahu apa yang terjadi dengan semua ini. Nalar dan nurani sehat rakyat mengatakan bahwa ada sesuatu yang tak elok telah terjadi dalam proses berdemokrasi di negeri ini.
Partai PDI Perjuangan, sebagai partai induk semang wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, merasakan semua itu sebagai ”gempa kecil” yang membuat segenap jajaran anggota, pengurus ranting, cabang, daerah, wilayah, hingga jajaran puncak tertinggi pengurus partai berlambang banteng moncong putih ini perlu merenung, berkontemplasi, memaknai apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi pada partai pemenang pemilu tiga kali (2014, 2019, 2024) ini dalam masa-masa yang akan datang.
PDI-P adalah partai politik paling matang dalam menjaga ideologi, mengelola organisasi, serta dalam sistem kaderisasi. Walaupun partai ini ”kecolongan”, dipastikan tak bakal menggoyahkan, bahkan meruntuhkan sendi serta fondasi organisasi partai politik terbesar di Indonesia saat ini.
Pilpres 2024 adalah dinamika dan romantika yang paling mengesankan bagi PDI-P yang sudah kenyang makan asam-garamnya perpolitikan nasional.
Saatnya PDI-P menjadi panglima sekaligus pengawal setia penjaga tegaknya demokrasi di negeri ini di tengah munculnya fenomena dan gejala demokrasi tak sehat belakangan ini.
PDI-P layak dan pantas menjadi kelompok penyeimbang dalam peta perpolitikan nasional ke depan. PDI-P lebih bermartabat apabila menjadi kekuatan pengontrol, bukan lantaran karena sakit hati, kecewa atau dikecewakan, melainkan demi menjaga nasib dan masa depan demokrasi di republik ini.
PDI-P harus menjadi partai politik teladan, memulainya dengan sebuah tradisi baru berpolitik secara cerdas, ideologis, berkeadaban, dan yang terpenting adalah nonpragmatis.