Momen Perkenalan Pemimpin Baru Jadi Komitmen Penguatan Kerja Sama
Masih banyak pekerjaan rumah harus diselesaikan Indonesia-Singapura. Itulah tantangan calon pemimpin baru.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong ke Istana Kepresidenan Bogor menjadi momentum istimewa yang lain dari kunjungan biasanya. Ketika berbincang di veranda belakang Istana Bogor, Presiden Joko Widodo tak hanya berdua dengan PM Lee. Berbeda dari kebiasaan selama ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan PM Lee didampingi Wakil PM Lawrence Wong.
Dalam sambutannya saat pertemuan bilateral kedua negara di Istana Bogor pada Senin (29/4/2024), Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dan Singapura akan memiliki pemimpin yang baru pada tahun 2024. Presiden meyakini, kerja sama Indonesia dan Singapura akan semakin kuat di bawah kepemimpinan yang baru.
”Tahun ini Indonesia dan Singapura akan memiliki pemimpin baru. Saya yakin di bawah kepemimpinan yang baru kerja sama yang saling menguntungkan akan terus kita perkuat,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi turut menyampaikan apresiasi kepada PM Lee dan jajaran kabinetnya. Menurut Presiden Jokowi, kerja sama Indonesia dan Singapura telah berjalan dengan baik di bawah kepemimpinan PM Lee. ”Saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada PM Lee dan jajaran yang telah bekerja sama selama ini,” kata Presiden.
PM Lee Hsien Loong akan mengundurkan diri dari jabatannya pada 15 Mei 2024 mendatang dan wakilnya Lawrence Wong akan mengambil alih jabatan tersebut. Sementara Presiden Jokowi juga akan mengakhiri masa jabatannya pada Oktober mendatang. Komisi Pemilihan Umum pun telah menetapkan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI periode 2024-2029.
Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo yang juga hadir di Istana Bogor menegaskan bahwa momen perkenalan calon pemimpin kedua negara terjadi karena Indonesia dan Singapura sama-sama memiliki kebijakan yang sama terkait continuity atau keberlanjutan. ”Jadi, harapan pemimpin yang baru juga melanjutkan dan memperkuat kerja sama saling menguntungkan yang sudah terbangun selama ini,” kata Suryo Pratomo.
Bagi PM Lee dan Presiden Jokowi, perjumpaan kali ini sekaligus dalam rangka Leader's Retreat ke tujuh yang diselenggarakan dalam 10 tahun kebersamaan mereka. Dalam kurun satu dekade tersebut, Suryo Pratomo menyebut banyak hal yang telah dicapai diantara kedua pemimpin.
Kesepakatan yang telah dicapai, antara lain, adalah ditandatangani dan dijalankannya perjanjian pengelolaan wilayah informasi penerbangan atau flight information region (FIR), Perjanjian Kerja Sama Pertahanan (DCA) dan kerja sama ekstradisi (ET).
Perjanjian terkait FIR, misalnya saat ini sudah berjalan. Sebanyak 10 petugas Indonesia sudah satu bulan bekerja di Air Traffic Control Changi. Kesepakatan itu sudah ditandatangani 2022 dan berlaku penuh 2024 untuk waktu 25 tahun. Indonesia sekarang ikut mengontrol wilayah FIR di sekitar Changi karena itu sudah dikembalikan menjadi wilayah teritori Indonesia.
Relasi Mesra
Selain itu, kerja sama yang disepakati juga berkaitan bidang keuangan, kerja sama kejaksaan, green energy, digital economy, pangan, dan program penguatan SDM. Suryo Pratomo menyebut bahwa Singapura merupakan investor terbesar bagi Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Tahun lalu, nilai investasi asing langsung atau foreign direct investment(FDI) Singapura senilai 15,3 miliar dollar Amerika Serikat dan mencapai 4,2 miliar dollar AS pada semester I-2024.
Sekarang formatnya berbeda karena bukan kedekatan pribadi seperti Pak Harto dan Lee Kuan Yew tetapi hasilnya tetap baik.
”Kedua pemimpin baru perlu saling kenal dan bekerja sama. Itulah pesan Leader's Retreat yang membawa dua calon pemimpin baru tadi,” ujarnya.
Menurut Suryo Pratomo, kemesraan Indonesia-Singapura sudah dijalin sejak era Presiden Soeharto dan PM Lee Kuan Yew. Bahkan, relasi mereka lebih mesra karena mereka bisa berkomunikasi langsung dan bisa berjam-jam berbincang kalau bertemu empat mata.
”Sekarang formatnya berbeda karena bukan kedekatan pribadi, seperti Pak Harto dan Lee Kuan Yew, tetapi hasilnya tetap baik. Terutama Lee Hsien Loong membawa Singapura menjadi the biggest investor dalam satu dekade terakhir bagi Indonesia,” kata Suryo Pratomo.
Lee Kuan Yew Besuk Soeharto Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew meninggalkan Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta seusai menjenguk mantan Presiden Soeharto, Minggu (13/1/2008).
Kerja sama lebih kuat
Para pimpinan negara mengenalkan para penggantinya yang sudah dipastikan jadi tinggal menunggu pelantikan.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menambahkan bahwa pertemuan para pemimpin dan calon pemimpin Indonesia-Singapura digelar untuk memastikan kerja sama dua negara bisa lebih kuat. Apalagi, pemimpin yang berkuasa saat ini akan sama-sama menyelesaikan tugasnya sebagai presiden maupun perdana menteri.
”Para pemimpin negara mengenalkan para penggantinya yang sudah dipastikan jadi tinggal menunggu pelantikan sehingga mereka saling mengenal wajah dan hubungan akan lebih mesra dan tidak melulu formal,” kata Hikmahanto.
Hikmahanto menilai masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam hubungan bilateral antara Indonesia dengan Singapura seperti implementasi perjanjian ekstradisi dan pertahanan. Selain itu, juga masalah yang berkaitan dengan pajak investasi Singapura di Indonesia.
”Banyak sekali (pekerjaan rumah). Maka (pertemuan) ini fondasi untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah yang akan dihadapi, Mereka komit untuk menguatkan hubungan,” tambahnya.