Kedatangan 11,7 Juta Pemudik, DIY Cegah Lalu Lintas Mengunci
›
Kedatangan 11,7 Juta Pemudik, ...
Iklan
Kedatangan 11,7 Juta Pemudik, DIY Cegah Lalu Lintas Mengunci
Antisipasi menghadapi kedatangan 11,7 juta pemudik dilakukan Pemda DIY. Rekayasa lalu lintas menjadi senjata andalan.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan sejumlah antisipasi jelang arus mudikLebaran 2024, terutama terkait manajemen rekayasa lalu lintas. Kementerian Perhubungan memprediksi provinsi ini didatangi 11,7 juta pemudik dari sejumlah daerah.
”Kami antisipasi supaya tidak terjadi locked (mengunci) arus lalu lintas di jalan. Saya tidak bicara macet, tapi kondisi yang sangat padat,” ujar Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, di Yogyakarta, Kamis (28/3/2024).
Survei Kementerian Perhubungan menunjukkan DIY menjadi daerah tujuan mudik bagi 11,7 juta orang tahun ini. Angka itu merupakan yang tertinggi keempat nasional setelah Jawa Tengah (61,6 juta orang), Jawa Timur (37,6 juta orang), dan Jawa Barat (32,1 juta orang).
Beny mengatakan, Pemda DIY masih akan berkoordinasi dengan instansi pemangku kepentingan lain untuk mengatur manajemen mudik ini pada Senin (1/4/2024). Namun, strategi utama yang diterapkan untuk mencegah kemacetan adalah melakukan rekayasa lalu lintas.
Salah satunya adalah pemudik yang hendak menuju Kabupaten Gunungkidul dapat diarahkan jalurnya agar tak melewati Kota Yogyakarta. ”Pemudik bisa melewati jalur lintas selatan, misalnya, sehingga tak perlu memasuki kota,” ucap Beny.
Informasi soal jalur-jalur alternatif ini akan disebar di ”pintu-pintu” masuk DIY, terutama dari arah utara dan barat. Selain itu, di dalam kota juga akan ada pengaturan lampu lalu lintas agar lebih cepat mengurai kepadatan.
Namun, Beny mengakui, pada tempat-tempat tertentu kemacetan tak bisa dihindari karena tingginya antusiasme warga untuk berkunjung, misalnya kawasan Malioboro atau Pantai Parangtritis. Dari pengalaman setiap tahun, pemudik juga berwisata selama di Yogyakarta.
Hal itu dinilai Beny berdampak positif bagi DIY karena akan ada perputaran uang yang signifikan untuk ekonomi daerah. ”Kalau saja satu pemudik rata-rata belanjanya Rp 500.000, bisa dihitung berapa nilai perputaran ekonominya,” ujarnya.
Kepala Polda DIY Inspektur Jenderal Suwondo Nainggolan, Rabu (27/3/2024) malam, mengatakan, jumlah pemudik ke DIY itu belum termasuk pemudik yang berkunjung ke DIY dari wilayah-wilayah di Jawa Tengah. Hal itu biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua Lebaran.
Kondisi itu yang membuat situasi di DIY berbeda dibandingkan daerah-daerah lain perihal kemacetan lalu lintas saat mudik Lebaran. ”Dari pengalaman dua tahun terakhir, DIY pada puncak arus mudik biasa saja. Namun, pada Lebaran hari pertama dan kedua, arus lalu lintas mulai masuk ke DIY,” ucapnya.
Antisipasi kepadatan di tempat-tempat wisata saat Lebaran nanti harus disiapkan sejak dini.
Peningkatan arus lalu lintas di wilayah DIY ini terjadi justru ketika arus lalu lintas di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah ringan. ”Mungkin para pemudik dari Jateng setelah silaturahmi pada hari Lebaran kemudian jalan-jalan ke DIY,” lanjut Suwondo.
Untuk mengelola arus sebanyak itu, dia menjelaskan, salah satu solusi yang bisa diterapkan ialah pengaturan lalu lintas. Ini, misalnya, melakukan skema contraflow (lawan arah). ”Namun, hal ini akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan,” ujarnya.
Secara terpisah, peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Destha Titi Raharjana, mengatakan, antisipasi kepadatan di tempat-tempat wisata saat Lebaran nanti harus disiapkan sejak dini. Hal ini termasuk menghitung berapa sebenarnya daya tampung maksimal tempat-tempat wisata yang ada.
Pengelola tempat wisata dan pemda setempat harus mengantisipasi lonjakan itu dengan melakukan manajemen pengunjung. Ini bisa dibantu dengan aplikasi Visiting Jogja yang memberi informasi real time tentang kapasitas obyek wisata kepada publik.
Selain itu, Destha menuturkan, perlu juga melakukan strategi diversifikasi daya tarik dengan membuat kerja sama antarkawasan wisata. Hal ini dapat memecah konsentrasi wisatawan sehingga tak menumpuk di satu tempat saja.