Kisah Pejuang Mudik Berlayar Ribuan Kilometer demi Bertemu Keluarga
Perjalanan panjang pemudik dari Indonesia bagian timur menuju wilayah barat menghadirkan banyak cerita selama pelayaran.
Kilau lampu KM Dobonsolo menyinari Pelabuhan Jayapura, Kota Jayapura, Papua, Rabu (27/3/2024) malam. Kapal milik PT Pelni itu perlahan-lahan mendekati bibir dermaga. Setelah itu, para penumpang yang telah menunggu pun mulai menaiki kapal tersebut.
Salah satu yang berada di kapal itu adalah Zaenal (26). Setelah menunggu sejak sore, pejuang mudik itu akhirnya bisa berada di dalam kapal pada Rabu sekitar pukul 22.00 WIT. Bagi Zainal, periode dua pekan sebelum Lebaran menjadi waktu yang tepat memulai perjalanan mudik menuju kampung halamannya di Subang, Jawa Barat.
Dengan KM Dobonsolo, ia akan berlayar menuju pemberhentian akhir di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan estimasi tiba pada Minggu, 7 April 2024. Itu artinya, Zaenal akan berlayar selama kurang lebih 11 hari serta bersandar di sembilan pelabuhan pemberhentian.
Dari Jayapura, kapal akan berlayar menuju Kepulauan Yapen (Papua), Nabire (Papua Tengah), Manokwari (Papua Barat), Sorong (Papua Barat Daya), Ambon (Maluku), Baubau (Sulawesi Tenggara), Makassar (Sulawesi Selatan), Surabaya (Jawa Timur), hingga pemberhentian akhir di Pelabuhan Tanjung Priok.
Baca juga: Awal Periode Mudik, Ribuan Pemudik Tinggalkan Jayapura lewat Jalur Laut
Jika ditarik garis lurus, untuk mencapai pelabuhan akhir, pemudik akan menempuh rute sepanjang sekitar 3.700 kilometer. Jarak itu setara dari London, Inggris, melewati negara-negara Eropa menuju Semenanjung Anatolia di Turki hingga sampai di kawasan Asia Barat di ujung negara Suriah, yakni Kota Al Bukamal.
”Saking lamanya di kapal, biasanya saat sudah sampai di tujuan, kami sudah sangat akrab,” kelakar Zaenal sembari duduk di bangku selasar KM Dobonsolo.
Baca juga: Kalah ”Ticket War” Kereta Api, Pejuang Mudik Diselamatkan Program Mudik Gratis
Pada malam keberangkatan dari Jayapura, PT Pelni mencatat sekitar 1.900 pemudik menaiki kapal berkapasitas 2.500 penumpang tersebut. KM Dobonsolo menjadi primadona, khususnya bagi perantau dari Sulawesi yang akan turun di Pelabuhan Makassar dan Baubau.
Di sisi lain, bagi perantau asal Jawa, saat ini merupakan kesempatan yang tepat mudik melalui jalur laut. Hal ini karena kapal diprediksi tiba sebelum perayaan Idul Fitri yang diperkirakan jatuh pada 10 April 2024.
Angkutan laut menjadi pilihan untuk mudik karena tarifnya bersahabat dengan isi kantong. Harga tiket dari Jayapura ke Jakarta sebesar Rp 1,2 juta. Jauh lebih murah dibandingkan dengan moda transportasi udara dengan rute sama, yang menyentuh harga hingga Rp 5 juta.
Bagi Zaenal, pilihan mudik dengan jalur laut memang menjadi perjalanan panjang dan melelahkan. Namun, dalam perjalanan itu, akan ada banyak cerita saat melewati sejumlah lautan lepas, mulai dari Samudra Pasifik, Laut Seram, Laut Banda, hingga Laut Jawa.
”Perjalanannya bisa jadi membosankan. Tapi, kadang saat di tengah lautan lepas justru ketemu orang baru dan bisa ngobrol banyak dengan orang-orang dari daerah lain,” tuturnya.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Kapal Perintis di Papua Diminta Waspada Saat Mudik Lebaran
Saking lamanya di kapal, biasanya saat sudah sampai di tujuan, kami sudah sangat akrab.
Kesan serupa diutarakan oleh Nurumiah (32), penumpang lainnya yang akan turun di Pelabuhan Surabaya. Ini merupakan kali ketiga dirinya menggunakan jalur laut untuk mudik setelah merantau sekitar tujuh tahun di Jayapura.
Rasa jenuh selama perjalanan, kata Nurumiah, merupakan keniscayaan. Apalagi ketika melewati lautan luas dengan gelombang tinggi. Namun, interaksi dengan penumpang dari daerah lain bakal meninggalkan kesan mendalam.
”Misalnya, penumpang biasanya juga bawa makanan sendiri walaupun di kapal diberi makan. Kami biasanya saling bertukar makanan,” ucapnya.
Baca juga: Lebih dari 700.000 Pemudik Akan Lalui Pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia
Selain itu, cerita perjalanan panjang di laut juga datang dari pejuang mudik yang tetap berlayar kendati tidak kebagian tiket. Sebuah perjuangan demi tetap bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.
La Heba (41), misalnya, penumpang tujuan Pelabuhan Baubau, mengaku tidak memiliki tiket sehingga otomatis tak kebagian makanan dari pengelola kapal. Ia pun harus pandai bersiasat, apalagi harga makanan di atas kapal tergolong mahal.
”Naik kapal Pelni sudah paling murah kalau balik, yang mahal itu biaya makan di kapal. Tapi, itu bisa diakali,” katanya.
La Heba mengatakan, dirinya biasanya membeli makan di setiap pelabuhan pemberhentian. Di pelabuhan itu, biasanya harga makanan berkisar Rp 10.000-Rp 20.000. Harga tersebut tentu lebih murah dibandingkan dengan makanan di kafe kapal yang berkisar Rp 30.000-Rp 50.000.
”Biasanya di setiap pelabuhan (pemberhentian), ada penjual makanan naik di atas kapal. Harga Rp 10.000 sudah kenyang,” tuturnya.
Fasilitas kapal
Sementara itu, tidak sedikit penumpang yang antusias dengan berbagai fasilitas di dalam kapal. Awaludin (29), perantau asal Cilacap, Jawa Tengah, menganggap fasilitas tersebut menjadi opsi menarik agar penumpang bisa menikmati perjalanan.
”Di kapal, kan, ada perpusatakaan, bioskop, kafe, dan fasilitas karaoke. Bisa juga sekadar duduk di sisi luar kapal untuk menikmati matahari terbit dan terbenam di tengah lautan lepas sambil ngobrol dengan pemudik lain,” ujarnya.
Baca juga: Saatnya Pesiar bersama Kapal Pelni
Sementara itu, Bahisam (31), pemudik tujuan Pelabuhan Makassar, mengaku penasaran dengan nuansa Ramadhan saat di tengah lautan lepas. Mulai dari sahur, ngabuburit, buka puasa, hingga shalat Tarawih sambil mengarungi lautan. Apalagi, dia baru pertama kali mudik dengan transportasi laut.
”Ada banyak cerita, misalnya, merasakan shalat di atas kapal dengan goyangan gelombang ketika di tengah samudra. Ini menjadi cerita pengalaman tersendiri dan unik bagi saya,” ucapnya.
Baca juga: 12 Kapal Perintis Ditarik, Penumpang Pelni pada Lebaran 2024 Diprediksi Turun
Sementara itu, PT Pelni memastikan adanya fasilitas yang memadai di semua kapal yang mengangkut pemudik. Kepala Operasi dan Pelayanan PT Pelni Cabang Jayapura Andang Gumilang mengatakan, ada berbagai fasilitas yang bisa dinikmati oleh para penumpang di kapal.
Sebut saja kafe, minimarket, poliklinik, bioskop mini, serta mushala. Pelni juga memastikan berbagai fasilitas dibuat senyaman mungkin untuk menunjang animo masyarakat yang selalu tinggi saat periode mudik.
Di KM Dobonsolo, Andang menyebut antusias pemudik jarak jauh cukup tinggi, khususnya bagi perantau asal Jawa yang ingin merayakan hari raya bersama keluarga di kampung halaman.
”Fasilitas kapal kami lengkap. Apalagi kami sudah melakukan berbagai perawatan dan pengujian sehingga kapal-kapal ini layak dan bisa menghadirkan kenyamanan penumpang,” ucapnya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Jayapura Agustinus berharap para pemudik bisa menjaga ketertiban saat pelayaran. Dia pun mengimbau masyarakat tidak membawa barang yang terlalu banyak.
Selain itu, kondisi fisik pemudik beserta anggota keluarga lain juga perlu diperhatikan mengingat masa pelayaran yang panjang. Agustinus berharap kehadiran posko-posko di setiap pelabuhan yang telah mulai beroperasi dari 26 Maret hingga 25 April 2024 bisa memberi kelancaran bagi pejuang mudik.