Sisi Keluarga dan Kemanusiaan Bung Glenn
Di luar lagu-lagu dan warna suaranya yang romantis, seorang Glenn Fredly juga sosok cinta keluarga dan kemanusiaan.
Seorang Glenn Fredly meyakini, musik dan lagu tak lagi sekadar sebuah kesenian, tetapi juga kekuatan, yang bahkan dapat menyatukan kembali pihak-pihak yang bertikai. Sepanjang perjalanan karier dan kehidupannya, Glenn berhasil membuktikan musik bisa menghadirkan perdamaian.
Walau terlahir dan dibesarkan di Jakarta, Glenn tak pernah melupakan kecintaannya terhadap tanah leluhurnya, Maluku. Sebuah konflik berdarah berkepanjangan bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan sempat memecah belah wilayah itu dan memakan banyak korban jiwa.
Dampak kerusuhan Ambon, yang terjadi pada kurun tahun 1999-2000, juga menyisakan perpecahan dan saling tidak percaya dalam masyarakat. Kondisi itu membuat Glenn gelisah sekaligus membuatnya tergerak mencari solusi.
Semua kepedulian yang sangat besar itu kemudian coba dia wujudkan lewat sejumlah gagasan dan aksi nyata. Mulai dari keberaniannya mengadakan pergelaran musik perdamaian di Kota Ambon, hingga perjuangannya menjadikan kota itu sebagai Kota Musik Dunia versi badan dunia UNESCO.
Sisi lain sosok Glenn itu coba direkonstruksi dalam sebuah film biopik, Glenn Fredly The Movie (2024), yang disutradarai Lukman Sardi.
Berperan sebagai sosok Glenn adalah aktor pemenang Piala Citra FFI 2022 dan 2023, Marthino Lio. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya Lio juga bercerita bahwa dirinya masih punya hubungan kekerabatan dengan sang idola tersebut.
Dua sisi
Lukman membuka filmnya dengan sejumlah cuplikan tayangan video berbagai peristiwa tragis berdarah di Tanah Air pascakejatuhan rezim Orde Baru, termasuk pecahnya kerusuhan Ambon.
Yang membuat adegan awal itu menarik adalah Lukman memadukan sejumlah tayangan tersebut dengan latar suara wawancara antara Glenn dan dua penyiar radio. Mereka berbincang riang tentang pencapaian fantastis album kedua Glenn, yang sukses dan meledak di pasaran.
Baca juga: Film-film Italia nan Demokratis
Sejak itu nama Glenn masuk ke dalam jajaran musisi papan atas Tanah Air dengan sejumlah lagu hits yang banyak digemari. Penyandingan yang kontras itu menjadi cara Lukman mengintroduksi dua sisi seorang Glenn.
Sosok seorang Glenn, yang tak hanya flamboyan dan piawai sebagai musisi berbakat, tetapi juga sebagai anak bangsa dengan kepedulian sangat besar terhadap kondisi tanah airnya.
Dalam adegan lain Glenn diceritakan tak ragu datang langsung ke Ambon, bahkan dengan biaya sendiri, demi bisa bertemu langsung para penggemarnya, sekaligus melihat perkembangan kondisi pascakerusuhan. Hal itu dia lakukan saat dirinya masih awal merintis karier bermusiknya.
Di Ambon, Glenn bertemu dengan Pastor Jack Manuputty (Gilbert Pattiruhu) untuk menyerap informasi terkait keadaan masyarakat terkini. Saat tengah menyanyi dan menghibur jemaah gereja, sebuah insiden terjadi. Insiden yang bahkan memakan korban jiwa.
Namun, alih-alih takut dan mundur, semangat Glenn justru semakin berkobar. Dia semakin yakin bakal mampu mendamaikan pihak-pihak berseteru di sana lewat kemampuan bermusik yang ia miliki.
Keyakinan itu diwujudkan dengan menggelar konser perdamaian di Ambon. Konser digalang Glenn dengan melibatkan sejumlah musisi, salah satunya Ridho Slank.
”Kacamata kuda”
Kegigihan Glenn terkadang justru menjadikannya seolah mengenakan ”kacamata kuda” dan tak peduli dengan kondisi sekitar. Demi mewujudkan cita-citanya mendamaikan semua pihak yang bertikai, Glenn bahkan sampai lupa berpijak pada realitas, termasuk dalam konteks finansial.
Hal itu kerap membuatnya berbenturan dengan kedua manajernya, Uci (Sahira Anjani) dan Felix (Winky Wiryawan). Keduanya selalu mengingatkan bahwa ambisi Glenn tetap memerlukan dukungan dana, yang sayangnya tak mereka miliki.
Tak hanya terkait manajemen, mimpi Glenn menghadirkan perdamaian kembali di tanah leluhurnya kerap memakan korban perasaan orang-orang di sekitarnya. Mereka yang dekat dan mencintai Glenn sering merasa terabaikan.
Glenn pun berulang gagal membina hubungan cinta. Salah satunya saat ia diputus oleh kekasihnya, Nola (Alyssa Abidin). Pernikahan pertamanya dengan Dewi (Sonia Alyssa) juga kandas.
Tambah lagi konflik antara Glenn dan sang ayah, Hengky Latuihamallo (Bucek). Sosok sang ibu, Mama Linda (Ruth Sahanaya), berusaha menjadi penengah. Akting Ruth, yang mengaku baru pertama kali masuk ke dunia film, ini terbilang meyakinkan.
Episode kehidupan hidup Glenn digambarkan mulai menjadi lebih bahagia setelah pernikahannya dengan Mutia Ayu (Zulfa Maharani). Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang putri.
Kegembiraan Glenn akan keluarganya tersebut diwujudkannya dalam sebuah aransemen lagu, yang sempat tersimpan di dalam memori ponsel Glenn sekian lama setelah kepergiannya.
Baca juga: Habis ”Siksa Neraka”, Tayanglah ”Siksa Kubur”
Produser Daniel Mananta kemudian memilih lagu itu menjadi soundtrack film ini dengan judul ”Keluarga”, yang dibawakan Yura Yunita.
Karya Glenn sendiri tak hanya sebatas peninggalan lagu-lagu dan albumnya semasa hidup. Dengan kegigihannya, Glenn akan selalu dikenang sebagai pihak yang mewujudkan Kota Ambon sebagai Kota Musik Dunia, yang dinobatkan UNESCO pada 31 Oktober 2019.
Beberapa bulan kemudian Glenn berpulang. Sang musisi legendaris itu meninggal pada 8 April 2020 dalam usia 44 tahun karena meningitis.
Selebrasi kehidupan
Dalam jumpa pers seusai tayang perdana untuk media, sutradara Lukman Sardi menyebut filmnya menjadi sebuah selebrasi kehadiran dan keberadaan seorang Glenn di dunia. Secara sadar Lukman mengaku sengaja memilih fokus menggarap Glenn lebih dari sekadar seorang musisi sukses dengan banyak tembang hits.
”Sebagai film maker, saya punya banyak pilihan soal apa yang akan diceritakan di film saya. Memang ada sejumlah unsur romantis di dalamnya. Akan tetapi, pada ujungnya saya justru lebih ingin berbicara tentang sosok Glenn, baik terkait hubungannya dengan keluarga, sekaligus tentang semua perjuangannya untuk kemanusiaan. Dari semua itu barulah kami kemudian memilih lagu-lagu yang sesuai untuk ditampilkan,” ujar Lukman.
Sebelum menggarap film ini, Lukman dan timnya terlebih dulu menggelar serangkaian riset, sekaligus wawancara, terutama dengan orang-orang dekat di sekitar Glenn. Dari situ terkumpul berbagai data tentang Glenn, yang tersusun dalam lebih dari 200 lembar halaman cerita.
Glenn, menurut Lukman, adalah sosok pria yang sangat mencintai keluarganya. Dia juga sangat bersyukur pada akhirnya bisa memiliki keluarga yang utuh dengan kelahiran seorang putri hasil pernikahannya dengan Mutia.
”Cerita tentang itu buat kami sangatlah relate dengan kebanyakan orang mengingat kita semua tentunya punya keluarga dan orang-orang terkasih,” ujar Lukman.