Aktor senior Dorman Borisman meninggal karena sakit. Semasa hidup, ia telah main di 54 judul film dan lima sinetron.
Oleh
WISNU DEWABRATA, RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia perfilman Tanah Air kembali berduka atas berpulangnya aktor senior kawakan Dorman Borisman dalam usia 73 tahun akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Mendiang meninggal pada Selasa, 7 Mei 2024, pukul 19.18 WIB setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Moh Ridwan Meureksa, Jakarta, dan menjalani prosedur amputasi.
Sejumlah rekan mendiang yang dihubungi menyatakan rasa kehilangan yang dalam terhadap sosok baik hati dan bersahaja sekaligus seniman multi talenta tersebut. Salah satunya Eddie Karsito, rekan sekaligus murid berakting di dunia seni peran. Karsito telah mengenal almarhum sejak tahun 1980-an.
”Beliau dan saya kenal sejak kami aktif di Gelanggang Remaja Jakarta Timur, dulu di dekat Gedung PFN (Produksi Film Negara). Saya ini posisinya murid Bang Dorman. Kami berteater di situ sejak tahun 1983. Jadi, sudah sekitar 40 tahunanlah kami kenal dan berinteraksi,” ujar Eddie, yang juga aktor dan penulis naskah, Rabu (8/5/2024).
Walau sudah terkenal dan banyak terlibat di berbagai film Tanah Air, tambah Eddie, sosok Dorman sangat bersahaja dan tidak rumongso alias sombong. Padahal, Eddie menilai, sebagai seorang seniman, mendiang sudah sangat dikenal, diakui kemampuan beraktingnya, dan menginspirasi. Banyak murid berakting Dorman sukses dan eksis di bidang mereka masing-masing sekarang.
Tak hanya itu, sebagai aktor senior, Dorman juga masih mau banyak belajar dan rajin membaca buku. Tak hanya terkait bidang kesenian, tetapi juga bahasan-bahasan lain, seperti filsafat, antropologi, dan agama, selain juga aktif menulis berbagai karya, seperti naskah drama ataupun film dan artikel. Sayangnya, kebanyakan tulisan Dorman tidak dipublikasikan.
”Beliau juga senang bermusik sekaligus menguasai instrumen gitar, piano, dan keyboard. Koleksi buku beliau lumayan banyak. Beberapa waktu lalu beliau menyumbangkan koleksi buku dan alat musik miliknya ke Sanggar Humaniora yang saya dirikan,” ujar Eddie.
Setelah disemayamkan di rumah duka di kawasan Kelurahan Dukuh, Kramatjati, Jakarta Timur, mendiang dimakamkan di TPU Suci Susukan, Ciracas. Mendiang meninggalkan seorang istri, Sukowati (64), dan seorang putra, Gagah Pangestu Gusti (32).
Sakit sejak lama
Terkait penyakit mendiang, Eddie menyebut Dorman telah menderita sakit sejak lima tahun terakhir. Akibat kondisi fisiknya yang semakin tidak memungkinkan untuk beraktivitas, mendiang tak lagi bisa bekerja atau berakting sejak dua tahun terakhir. Beberapa tawaran shooting dari dua stasiun televisi swasta sempat dibatalkan.
”Abang itu sejak lima tahun terakhir keluar masuk rumah sakit. Pernah terkena serangan stroke juga. Setahun terakhir beliau mengalami gangguan komunikasi verbalnya. Jadi, hanya bisa berkomunikasi lewat gestur. Selain itu juga ada sakit gula. Seminggu lalu dibawa ke RS karena harus amputasi kaki kanannya,” tambah Eddie.
Proses operasi amputasi kaki kanan Dorman berlangsung pada 30 April 2024. Sejak itulah, menurut Eddie, kondisi Dorman semakin menurun hingga Selasa malam kemarin mengembuskan napas terakhir.
Kesedihan yang sama disampaikan Toto Soegriwo, rekan mendiang yang juga seorang produser sekaligus aktif di organisasi Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Menurut Toto, aktor senior itu sudah lima tahun belakangan berjuang melawan sakit. Menurut Toto, masuk-keluar ruang perawatan sudah seperti rutinitas baru bagi mendiang.
Selain itu, Dorman sempat dua kali terkena stroke. Serangan stroke pertama terjadi tahun 2018. Mendiang lalu juga terdiagnosis diabetes. Serangan stroke kedua berdampak cukup serius pada kondisi kesehatannya.
Toto menambahkan, sejak September 2023, Dorman kesulitan berkomunikasi verbal akibat strokenya. ”Tapi masih bisa (berkomunikasi) dengan menggunakan isyarat. Kondisinya juga sempat menurun parah pada awal puasa, Maret 2024 kemarin. Saat itu dia sempat dirawat di ICU selama tiga minggu,” ujar Toto.
Logat Batak
Sebagai seorang aktor berbakat, kemampuan berakting Dorman sangat dikagumi. Menurut wartawan senior Yan Widjaya, walau mendiang asli beretnis Jawa, kemampuan berakting dan logat mendiang sangat meyakinkan saat beradegan sebagai orang Batak. Bahkan, Dorman kerap disangka sebagai orang Batak akibat kemampuannya itu.
”Dia selalu berperan sebagai lelaki Batak. Padahal, dia Jawa Tulen. Malah sering disangka orang Batak. Dia juga kerap disangka bagian dari anggota (grup lawak) Warkop DKI. Padahal, dia hanya bermain di dua film Warkop DKI, Pintar Pintar Bodoh (1980) dan Manusia Enam Juta Dollar (1981). Dia sering juga dicap sebagai pelawak, padahal aktor,” ujar Yan saat dihubungi per telepon, Rabu.
Lebih lanjut Yan memaparkan, karier Dorman di dunia seni peran dimulai pada tahun 1977 lewat film drama berjudul Ku Gapai Cintamu (1977) karya Wim Umboh. Selanjutnya, dia ikut memperkuat jajaran pemain di film Suci Sang Primadona (1977) garapan Arifin C Noer.
Tiap tahun, Dorman turut serta dalam sejumlah produksi film di bawah arahan sutradara ternama. Mulai dari Wim, Arifin, Ismail Soebardjo, Adhi Soerya Abdi, hingga Jopi Burnama. Pada 1980, ia baru masuk ke genre komedi lewat film-film Warkop DKI.
Di tahun 1980 pula, meski selalu menjadi peran pembantu, Dorman makin naik daun karena berbagai macam genre film dilakoninya. Dari drama, komedi, hingga horor dijajalnya. Beberapa film drama bahkan bekerja sama dengan bintang kenamaan kala itu, yakni Rano Karno. Beberapa di antaranya film Roman Picisan (1980), Tempatmu di Sisiku (1980), dan Nostalgia di SMA (1980).
Beberapa tahun setelahnya, Dorman yang juga pernah bermain di Ratu Ilmu Hitam (1981) bersama Suzanna terus-menerus bermain film horor. Sebut sajaTelaga Angker (1984), Bangunnya Nyi Roro Kidul (1985), Malam Jumat Kliwon (1986), Malam Satu Suro (1988), hingga Pembalasan Setan Karang Bolong (1989).
Pada 1990, ia kembali bermain film bersama Rano Karno dan Merriam Bellina di bawah arahan Arifin C Noer dalam film Taksi (1990) yang meraih Piala Citra. Vakum dari layar lebar beberapa saat, Dorman kemudian sibuk di serial anak Saras 008 sampai tahun 2004.
”Setelah itu dia masuk lagi di layar lebar dari 9 Naga (2006), Serdadu Kumbang (2011), Garuda di Dadaku 2 (2011), Surat Kecil untuk Tuhan (2017), hingga Orang Kaya Baru (2019). Hingga saat terakhir, almarhum sudah bermain di 54 judul film dan lima sinetron,” ujar Yan.