Kasus “Mycoplasma pneumoniae” Ditemukan di Indonesia
Kasus "Mycoplasma pneumoniae" telah dilaporkan di DKI Jakarta. Seluruh kasus ditemukan pada usia anak. Masyarakat diminta tidak panik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Mycoplasma pneumoniae telah dilaporkan di DKI Jakarta. Seluruh kasus yang dilaporkan merupakan usia anak. Konfirmasi lebih lanjut masih dilakukan untuk memastikan jumlah kasus yang terkonfirmasi positif terinfeksi bakteri tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dihubungi di Jakarta, Selasa (5/12/2023), mengatakan, pasien yang dilaporkan terinfeksi Mycoplasma pneumonia ditemukan dengan gejala ringan dan mendapatkan perawatan jalan. Seluruh kasus ditemukan pada anak dengan usia di bawah 10 tahun.
”Saat ini sedang dilakukan konfirmasi ke rumah sakit. Sedang kami cek ke rumah sakit dan dinas kesehatan (DKI Jakarta) untuk memastikan berapa jumlah anak yang terkonfirmasi (Mycoplasma pneumoniae),” katanya.
Imran menyampaikan, masyarakat diharapkan tidak panik. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan agar kasus penularan tidak semakin meluas. Infeksi akibat Mycoplasma pneumonia merupakan penyakit yang sudah lama ditemukan, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Upaya pencegahan penularan Mycoplasma pneumonia bisa dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penggunaan masker masih sangat disarankan untuk mengurangi risiko penyakit pernapasan, termasuk penyakit akibat Mycoplasma pneumoniae.
Selain itu, masyarakat diharapkan bisa menjaga jarak ketika sedang sakit. Sebaiknya, masyarakat yang sakit juga tidak bepergian terlebih dahulu. Pastikan pula untuk melakukan perilaku hidup bersih sehat dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Apabila mengalami tanda dan gejala penyakit seperti batuk, sulit bernapas, serta demam diharapkan bisa segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Infeksi akibat Mycoplasma pneumonia merupakan penyakit yang sudah lama ditemukan, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Sebelumnya, anggota staf Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Nastiti Kaswandani dalam konferensi pers ”Waspada Ancaman Pneumonia Mycoplasma” pada Jumat (1/12/2023), menyampaikan, bakteri Mycoplasma pneumonia bukan merupakan jenis bakteri baru dan misterius. Bakteri tersebut sudah lama ditemukan sebagai penyebab pneumonia pada anak. Pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae lebih banyak terjadi pada anak usia sekolah.
Gejala dan tanda klinis yang bisa muncul dari penularan pneumonia atipikal yang sering disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae antara lain adanya demam, batuk, serta kondisi klinis yang baik tanpa sesak atau hipoksia. Sekalipun gejalanya tidak berat, tetapi ketika dilakukan pemeriksaan rontgen menunjukkan gambaran yang parah. Itu sebabnya, pemeriksaan lebih lanjut sangat diperlukan untuk menentukan tatalaksana pada pasien yang terinfeksi pneumonia atipikal.
Tiga kasus
Secara terpisah, Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, setidaknya ada tiga kasus Mycoplasma pneumonia pada anak yang ditemukan di DKI Jakarta. Ketiga kasus yang dilaporkan telah dinyatakan sembuh.
Dua kasus ditemukan dengan gejala ringan sehingga perawatan dilakukan dengan melakukan isolasi mandiri di rumah sekitar 10-14 hari. Sementara pada satu kasus lainnya mengalami gejala yang berat sehingga harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada kasus dengan gejala berat ditemukan koinfeksi dengan respiratory syncytial virus (RSV).
Dalam konferensi pers pada Kamis (30/11/2023), anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Erlina Burhan, menyebutkan, pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae umumnya ditemukan dengan gejala yang ringan. Kasus dengan gejala berat biasanya ditemukan akibat adanya koinfeksi dengan sumber penyakit lainnya, baik infeksi akibat virus, bakteri, maupun kuman.
Studi yang dilakukan pada 2022 di Indonesia pada 26 persen pneumonia yang membutuhkan perawatan di rumah sakit ditemukan adanya koinfeksi Mycoplasma pneumoniae. Namun, Erlina menuturkan, data terkait insidensi infeksi Mycoplasma pneumoniae di Indonesia belum tersedia dengan baik. Pemeriksaan yang merujuk pada infeksi bakteri tersebut masih terbatas (Kompas.id, 30/11/2023).
Laboratorium
Imran menuturkan, penguatan laboratorium untuk memeriksa spesimen terkait Mycoplasma pneumoniae telah dilakukan. Dua laboratorium telah disiapkan sebagai laboratorium rujukan nasional, yakni laboratorium pemeriksaan di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso dan laboratorium Prof dr Sri Oemijati di Jakarta.
”Sudah ada juga laboratorium jejaring di laboratorium kesehatan masyarakat yang memang disiapkan untuk mendukung surveilans penyakit menular,” katanya.