Pojok Baca di Bentara Budaya Melanjutkan Misi Literasi Kompas Gramedia
Kompas Gramedia meresmikan pojok baca di Bentara Budaya Jakarta untuk mendongkrak literasi masyarakat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kompas Gramedia meresmikan pojok baca di halaman Bentara Budaya Jakarta, Selasa (30/4/2024) sore. Kehadiran pojok baca itu melanjutkan misi Kompas Gramedia yang dirintis 61 tahun lalu dalam mendongkrak literasi masyarakat untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bangunan pojok baca awalnya merupakan pos keamanan Bentara Budaya Jakarta. Sejak awal April, lalu bangunan tersebut direnovasi dengan menambahkan rak buku, meja, dan kursi. Selain sebagai tempat membaca, pojok baca juga dapat dimanfaatkan pegiat literasi untuk meluncurkan dan mendiskusikan buku.
General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia, Ilham Khoiri mengatakan, sejak awal Kompas Gramedia ingin menjadi bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi literasi itu ditempuh melalui penerbitan buku, tokoh buku, media, dan kerja-kerja literasi lainnya.
Pojok baca tersebut menampilkan buku-buku secara berkala dari sejumlah penerbit di Kompas Gramedia, seperti Gramedia Pustaka Utama (GPU), Grasindo, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Elex Media Komputindo, Bhuana Ilmu Populer (BIP), M&C, dan Penerbit Buku Kompas (PBK). Pengunjung dapat mengakses buku-buku itu secara gratis dan kemudian dikembalikan ke tempat semula.
”Ini adalah upaya kecil kami untuk menggapai tujuan lebih besar yang sudah dimulai Kompas Gramedia sejak 1963,” ujarnya.
Pojok baca menjadi pendekatan baru dalam menumbuhkan literasi masyarakat. Fasilitas itu juga bisa dijadikan tempat para penulis serta berbagai komunitas untuk bertemu dan merencanakan kegiatan-kegiatan literasi.
”Kami ingin membuat satu ruang lebih santai atau rileks. Orang ke sini tidak harus membeli buku, boleh nongkrong. Kebetulan di sini ada yang jualan kopi, mi, nasi goreng, dan lain-lain,” ucapnya.
Sejak awal Kompas Gramedia ingin menjadi bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi literasi itu ditempuh melalui penerbitan buku, tokoh buku, media, dan kerja-kerja literasi lainnya.
Public Relation Manager Gramedia Rezza Patria Wibowo menuturkan, lewat buku, pihaknya berupaya mencerdaskan dan menginspirasi banyak orang. Dengan membaca buku, ide-ide kreatif bermunculan sehingga membuat masyarakat menjadi produktif.
Kegiatan itu diharapkan semakin memperkuat program literasi yang selama ini telah berjalan, seperti Sastra Bentara, Aku Baca, Nusa Membaca, dan Membaca di Kereta. ”Jika literasi meningkat, masyarakat semakin berdaya dan bangsa Indonesia akan semakin cepat mencapai cita-cita kemajuan” katanya.
Baca puisi
Selain peresmian pojok baca, dalam acara tersebut juga diluncurkan buku The Snatched and the Snapped / Yang Terampas dan Yang Putus karya Chairil Anwar (puisi dua bahasa terjemahan oleh Rick Idrus, terbitan GPU) serta Tidak Jatuh Cinta, novel grafis oleh Rayni N Massardi & Erby S (terbitan PBK).
Saat bersamaan digelar juga pembacaan puisi oleh sejumlah penyair, antara lain Hasan Aspahani, Putu Fajar Arcana, Cyntha Hariadi, dan Mohammad Hilmi Faiq. Momen ini dikaitkan dengan Hari Puisi Nasional sebagai peringatan atas wafatnya penyair Chairil Anwar pada 28 April 1949, sekaligus doa untuk penyair Joko Pinurbo yang baru saja meninggal di Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024).
Arcana membacakan puisi Joko Pinurbo berjudul ”Kamus Kecil”. Ia ikut mengantar Jokpin, sapaan Joko Pinurbo, ke peristirahatan terakhirnya saat dimakamkan, Minggu.
”Untuk mengenang dan meneguhkan kita semua pada jasa Jokpin, saya membaca puisi Kamus Kecil yang menurut saya inilah kredo terbaik dari karya puisinya yang menggunakan begitu maksimal fungsi kamus,” ujarnya.