Membawa Anak Beribadah Umrah, Pastikan Terlindungi dari Meningitis
Anak yang ikut beribadah umrah rentan terhadap penularan meningitis. Perlindungan lewat vaksinasi diperlukan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah anak yang turut dalam ibadah umrah semakin banyak. Hal ini merupakan hal yang baik, tetapi berbagai persiapan pun perlu dipastikan dengan baik. Risiko penularan penyakit yang bisa terjadi harus bisa dicegah secara optimal, termasuk risiko penularan meningitis.
Dokter spesialis anak konsultan neurologi anak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Cipto Mangunkusumo Setyo Handryastuti menyatakan, risiko penularan meningitis selama masa ibadah umrah patut diwaspadai. Risiko tersebut dapat terjadi ketika berada di kerumunan ataupun kontak dengan sumber infeksi ketika dalam perjalanan di pesawat.
”Sekarang tren membawa anak dan bayi untuk umrah makin banyak. Risiko penularan meningitis ini harus menjadi perhatian karena penularan meningitis pada anak bisa berakibat fatal,” ujarnya dalam temu media yang diselenggarakan oleh PT Kalbe Farma, di Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Data yang disampaikan oleh Setyo menunjukkan, jumlah jemaah umrah asal Indonesia berusia kurang dari dua tahun cukup besar. Pada 2019, jumlah jemaah umrah usia di bawah dua tahun sebanyak 5.163 anak. Jumlah itu sempat menurun selama pandemi, tapi pada 2022 ada 250 anak yang jadi jemaah umrah. Diperkirakan angka jemaah anak akan kembali meningkat pascapandemi.
Jemaah umrah usia anak dari Indonesia.
Setyo menyampaikan, anak termasuk kelompok usia yang sangat rentan apabila sampai tertular meningitis meningokokus. Penyakit meningitis meningokokus bisa berkembang pesat dari gejala nonspesifik sampai pada kondisi yang parah hingga mengancam jiwa hanya dalam waktu 24 jam.
Meningitis Meningokokus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Bakteri tersebut dapat menginfeksi selaput otak hingga menyebabkan peradangan pada selaput otak (meninges).
Sekarang ini tren membawa anak dan bayi untuk umrah semakin banyak. Risiko penularan meningitis ini harus menjadi perhatian karena penularan meningitis pada anak bisa berakibat fatal.
Tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi sekitar 9-12 persen. Meningitis meningokokus juga bisa menimbulkan gejala sisa yang parah pada pasien yang bisa diobati. Gejala sisa tersebut berupa disfungsi neurologis, pendengaran terganggu, kelainan motorik, kelainan ginjal, dan amputasi pada anggota tubuh.
”Sekalipun kasusnya jarang, orangtua harus waspada. Karena itu, anak-anak yang hendak pergi umrah perlu mendapatkan perlindungan melalui vaksin meningokokus setidaknya sebelum dua minggu keberangkatan,” tuturnya.
Setyo menambahkan, vaksin meningokokus dapat diberikan pada anak berusia di atas 9 bulan. Pemberian vaksin ini diharapkan tidak mengganggu pemberian vaksin lain dalam pemenuhan imunisasi dasar. Sementara pada bayi di bawah usia sembilan bulan yang belum bisa mendapatkan vaksin tersebut disarankan tidak dibawa untuk beribadah umrah terlebih dahulu.
Selain itu, Setyo mengimbau agar anak yang dibawa dalam ibadah umrah dipastikan dalam kondisi yang sehat. Pemenuhan asupan gizi seimbang serta kebersihan dan sanitasi perlu diperhatikan secara optimal. Penggunaan masker dapat membantu mencegah risiko penularan penyakit lainnya.
Dewasa
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PP Perdokhi) Syarief Hasan Lutfie memaparkan, kewaspadaan akan penularan penyakit juga diperlukan bagi calon jemaah umrah usia dewasa. Selain meningitis, penyakit lain yang banyak dijumpai meliputi antara lain, infeksi saluran pernapasan akut, eksaserbasi penyakit paru kronik, pneumonia, dan retensi sputum.
Namun, dari berbagai penyakit tersebut, infeksi saluran napas merupakan penyakit yang paling umum ditemukan. Bahkan, penyakit tersebut menjadi penyebab utama penyakit pada pasien yang dirawat inap di Saudi selama musim haji.
Menurut Syarief, perlindungan melalui vaksinasi bisa menjadi upaya pencegahan yang tepat dari risiko berbagai penularan penyakit bagi jemaah umrah dan haji. Pemerintah Arab Saudi pun telah mewajibkan sejumlah jenis vaksin bagi seluruh pelaku perjalanan yang akan datang ke Arab Saudi, termasuk jemaah umrah dan haji.
Vaksin meningitis merupakan jenis vaksin yang wajib bagi semua pelaku perjalanan dari seluruh negara. Sementara, vaksinasi polio dan vaksinasi demam kuning hanya diwajibkan bagi pelaku perjalanan yang berasal dari wilayah berisiko tinggi serta wilayah yang ditemukan kasus penyakit tersebut.
Syarief menambahkan, jenis vaksinasi lain direkomendasikan untuk diberikan pula bagi jemaah umrah. Itu antara lain, vaksin Covid-19 dan vaksin influenza. Penyakit influenza dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang serius bagi kelompok lansia.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Naning Nugrahini menyampaikan, risiko penyakit menular dan tidak menular bagi jemaah umrah dapat dicegah dengan beberapa cara. Praktik hidup bersih dan sehat merupakan hal yang harus dilakukan selama perjalanan umrah. Bagi jemaah yang memiliki penyakit, pastikan tetap mengonsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.
Petugas menyuntikan vaksin meningitis kepada calon jemaah umrah di Pelayanan Vaksinasi Internasional Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (28/11/2022). Sejak 11 November 2022, Kementerian Kesehatan menetapkan, vaksin meningitis tidak lagi menjadi syarat wajib bagi calon jemaah yang akan menjalankan ibadah umrah.
Penting pula untuk selalu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan cukup minum air putih. Selain itu, vaksinasi pun perlu dilakukan setidaknya dua minggu sebelum keberangkatan sesuai dengan kebutuhan dan anjuran dokter, seperti vaksinasi meningitis, influenza, tifoid, dan pneumonia.
“Khusus terkait kewajiban vaksinasi meningitis, Pemerintah Indonesia sedang berdiskusi dengan Pemerintah Arab Saudi untuk memastikan jamaah dan pelaku perjalanan benar-benar sudah divaksinasi. Ini rencananya akan dilakukan dengan menjadikan syarat vaksin dalam pengajuan visa sehingga pengawasan pun bisa lebih mudah,” kata Naning.