Inovasi untuk mengatasi masalah sampah plastik masih minim. Padahal, ada peluang untuk mengubah sampah plastik menjadi produk bernilai lebih.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inovasi menjadi bagian penting untuk mengatasi masalah sampah plastik di Indonesia. Namun, pihak yang berinovasi di bidang persampahan sejauh ini masih sangat minim.
Chief Operational Officer Rebricks Ovy Sabrina pada Selasa (30/11/2021) mengatakan, peluang inovasi di bidang sampah plastik sangat besar. Walau demikian, pihak yang melakukan inovasi sampah plastik masih terlalu minim.
Jumlah riset dan inovasi persampahan pun minim. Menurut data Kementerian Riset dan Teknologi, pada periode 2015-2020 hanya ada 475 penelitian terkait sampah. Alokasi dana untuk penelitian tersebut sebesar Rp 32,5 miliar (Kompas, 12/6/2020).
Kementerian Perindustrian mencatat, konsumsi bahan baku plastik nasional sebesar 7,67 juta ton per tahun. Sebagian besar diolah menjadi berbagai produk, seperti kemasan plastik, peralatan rumah tangga, dan bahan bangunan. Diperkirakan baru 1,2 juta ton yang didaur ulang.
”Masalah sampah belum ada solusinya. Kalau bisa, saya ingin mengajak semua orang untuk mencoba dulu (melakukan inovasi persampahan). Jika kita menunggu solusi yang perfect untuk bergerak, saya khawatir kita terlambat (menangani masalah sampah),” kata Ovy pada sesi wawancara daring terbatas.
Daur ulang
Hal tersebut mendorong Ovy dan rekannya Tan Novita mendirikan Rebricks. Perusahaan rintisan itu fokus mendaur ulang sampah plastik menjadi paving blocks dan batako.
Setelah melakukan sejumlah percobaan, mereka berhasil membuat paving block yang 20 persen komposisinya berasal dari sampah plastik. Sampah yang digunakan ialah plastik yang tidak bisa didaur ulang, seperti kemasan deterjen isi ulang, kemasan mie instan, kemasan minuman dengan lembaran aluminium di bagian dalam, dan kantong plastik sekali pakai. Plastik tersebut tidak dibakar agar tidak menimbulkan polusi baru.
Jika kita menunggu solusi yang perfect untuk bergerak, saya khawatir kita terlambat (menangani masalah sampah).
Paving block yang mereka produksi mampu menahan beban hingga 250 kilogram per sentimeter persegi atau memenuhi Standar Nasional Indonesia. Setiap satu meter persegi paving block, ada 800 lembar sampah plastik atau setara 2 kilogram sampah yang didaur ulang.
Sampah plastik itu dikumpulkan dari masyarakat. Ada 2.310 pengirim sampah tetap dari 16 kota di Indonesia ke Rebricks. Hingga November 2021, mereka menerima 17.500 kilogram sampah. Sebanyak 10.000 kilogram di antaranya telah didaur ulang menjadi batako maupun paving block.
”Kami juga berkolaborasi dengan lebih banyak arsitek dan perusahaan multinasional pada 2021. Misalnya, kami sepakat mendaur ulang plastik perusahaan tersebut. Namun, perusahaan mesti menyerap produk kami, misalnya, untuk membangun fasilitas umum di program CSR,” kata tutur Ovy.
Sebelumnya, produsen air mineral dalam kemasan Danone-Aqua juga mendaur ulang plastik dari produk mereka. Plastik itu didaur ulang menjadi botol air mineral. Hingga kini, seluruh botol air mineral yang mereka produksi mengandung material daur ulang sebesar 25 persen.
Proporsi material daur ulang, menurut rencana, akan ditingkatkan menjadi 50 persen pada 2025. Mereka juga memproduksi air mineral dalam botol yang 100 persen materialnya terbuat dari plastik daur ulang.
”Ini bisa menjadi bisnis berkelanjutan yang juga memperhatikan kesehatan masyarakat dan bumi. Kami juga membuat gerakan #BijakBerplastik yang terdiri dari tiga pilar, yaitu pengumpulan (sampah plastik), inovasi, dan edukasi,” kata Presiden Direktur Danone-Aqua Corine Tap (Kompas.id, 7/8/2019).
Saat dihubungi terpisah, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian Muhammad Taufiq mengatakan, teknologi pengolahan sampah plastik saat ini masih terbatas. Teknologi yang sejauh ini paling mutakhir adalah pengolahan sampah plastik polietilena tereftalat (PET). Botol plastik PET umumnya diolah menjadi botol plastik baru.
”Industri daur ulang pun sebagian besar masih tergolong konvensional, yaitu mendaur ulang plastik dengan metode mekanis. Ke depan dapat dikembangkan alternatif lain, seperti chemical recycling maupun pyrolisis. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan inovasi pada sektor industri. Salah satunya ialah super deductible tax (pengurangan pajak) bagi yang melakukan riset dan pengembangan,” kata Taufiq.