Hari Ke-200 Perang Israel-Hamas, Serangan Kedua Kubu Makin Intensif
Israel meningkatkan serangan di seluruh wilayah Gaza. Hamas menyerukan serangan balasan. Kawasan makin panas.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
DUBAI, SELASA — Sudah 200 hari perang antara militer Israel dan kelompok Hamas berkobar di Jalur Gaza. Israel mengintensifkan serangan di seluruh wilayah Gaza, demikian pula dengan Brigade Al-Qassam Hamas yang menyerukan eskalasi di semua lini.
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, menyampaikan seruan agar serangan ditingkatkan di seluruh wilayah Gaza. Pidato Ubaida yang menandai 200 hari perang Hamas-Israel itu disiarkan stasiun televisi Al Jazeera, Selasa (23/4/2024) waktu setempat.
Dalam pidatonya, Ubaida juga memuji serangan Iran ke Israel pada 13 April 2024. Serangan langsung dengan pesawat nirawak (drone) dan rudal itu ”memunculkan aturan baru, membuat persamaan penting, serta membingungkan musuh dan orang-orang di baliknya”.
Selain di Gaza, Ubaida menyerukan eskalasi serangan di Tepi Barat dan Jordania. Ia menyebut kedua wilayah itu ”kubu Arab yang paling penting”. Menurut keterangan dua sumber keamanan regional.
Jordania yang terletak di antara Iran dan Israel mencegat dan menembak jatuh puluhan drone Iran yang memasuki wilayah udaranya saat menuju ke Israel. ”Kami menyerukan agar rakyat Jordania meningkatkan aksi dan suara mereka,” kata Ubaida.
Seruan itu merupakan tanggapan Hamas atas meningkatnya serangan Israel di berbagai titik di Jalur Gaza. Beberapa serangan Israel pada Selasa dinilai sebagai yang terberat dalam beberapa pekan terakhir. Menurut warga dan Hamas, tank-tank melancarkan serangan baru di sebelah timur Beit Hanoun dan Jabalia di Jalur Gaza Utara. Serangan berlanjut ke Zeitoun.
Meski tidak menembus jauh ke dalam kota, tembakan senjata mencapai beberapa sekolah, menyebabkan pengungsi yang berlindung di sana panik. ”Ini salah satu malam mengerikan yang kami alami sejak awal perang. Pengeboman dari tank dan pesawat tidak berhenti,” kata Um Mohammad (53), ibu enam anak yang tinggal 700 meter dari Zeitoun.
Di sebelah barat Beit Hanoun, tepatnya di Beit Lahiya, serangan udara menghantam sebuah masjid, menewaskan seorang anak laki-laki dan melukai beberapa lainnya. Seorang petugas medis tewas dalam penembakan di dekat stadion kota. Serangan terpisah di Beit Lahiya menghantam kerumunan orang yang berkumpul di tepi pantai untuk mengumpulkan bantuan yang dijatuhkan dari udara.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, melalui media sosial X mendesak warga di empat zona Beit Lahiya di utara Gaza untuk pindah ke dua wilayah yang ditentukan. Terkait ultimatum pengungsi itu, militer Israel menyatakan mereka mengikuti hukum internasional dan mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi korban warga sipil.
Ini salah satu malam mengerikan yang kami alami sejak awal perang. Pengeboman dari tank dan pesawat tidak berhenti.
Penembakan dan pengeboman di Gaza utara itu terjadi hampir empat bulan setelah militer Israel mengumumkan menarik pasukannya dari wilayah itu. Israel saat itu mengatakan, Hamas tidak lagi menguasai wilayah itu.
Selain di utara, mengutip keterangan warga, serangan Israel juga terjadi di wilayah tengah dan selatan Jalur Gaza, berupa serangan udara dan penembakan dari tank di darat. Mereka menyebut serangan itu hampir 24 jam tanpa henti.
Israel mengintensifkan serangan di Gaza setelah terdengar peringatan roket di kota Sderot dan Nir Am di perbatasan selatan Israel. Kelompok Jihad Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan di kedua kota itu. Mereka ingin menunjukkan masih mampu meluncurkan roket pada hari ke-200 perang.
Hamas mengatakan, Israel hanya mencapai ”penghinaan dan kekalahan” dengan serangannya itu. Ubaida juga menegaskan, Hamas tetap berpegang teguh pada tuntutannya dalam perundingan gencatan senjata, yaitu agar Israel mengakhiri perang secara permanen, menarik semua pasukannya dari Gaza, mengizinkan para pengungsi untuk kembali ke utara, dan membuka blokade kemanusiaan.
Namun, Israel menolak tuntutan tersebut dan menyatakan hal itu akan membuat Hamas kembali berkuasa.
Lebanon
Eskalasi konflik juga terjadi di wilayah utara Israel, Selasa. Kelompok Hezbollah di Lebanon yang didukung Iran menembakkan puluhan roket Katyusha ke wilayah Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Hezbollah menyebut serangan itu merupakan respons atas terbunuhnya dua warga sipil dalam serangan yang dituding dilakukan Israel. ”Sebagai bagian dari respons atas serangan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil, khususnya pembantaian mengerikan di Hanin dan pembunuhan serta melukai warga sipil,” demikian pernyataan Hezbollah.
Selain menewaskan dua orang, serangan itu juga melukai sejumlah orang lainnya. Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) mengonfirmasi korban tewas dan terluka.
Sebelum serangan roket, Hezbollah juga menyerang pangkalan militer Israel di Acre dengan drone dan peledak. Sejak perang Hamas-Israel pecah pada 8 Oktober 2023, Hezbollah juga mengintensifkan serangan ke Israel. Saling serang lintas perbatasan terjadi hampir setiap hari. Tercatat sedikitnya 380 orang tewas di Lebanon, 72 di antaranya warga sipil. Sementara di Israel, 11 tentara dan delapan warga sipil tewas.
Adapun perang Hamas-Israel sudah menewaskan sedikitnya 34.000 warga Palestina. Sementara warga Israel yang tewas sebanyak 1.200 orang dan ratusan orang masih menjadi sandera Hamas.