Joe Biden mengatakan, sikap xenofobia di China, Jepang, dan India menghambat pertumbuhan ekonomi mereka.
Oleh
IWAN SANTOSA
·2 menit baca
TOKYO, SABTU - Sekutu Amerika Serikat di Asia, Jepang, kecewa dengan tudingan pembenci asing. Tudingan dan kekecewaan serupa dilontarkan ke India, negara lain yang terus didekati Amerika Serikat.
Dilaporkan Kyodonews pada Sabtu (4/5/2024), Jepang menyampaikan kekecewaan secara diam-diam ke AS. Tokyo menyebut tudingan tidak berdasarkan pemahaman akurat soal kebijakan Jepang.
Tudingan itu disampaikan Presiden AS Joe Biden dalam acara penggalangan dana kampanye. Ia menyebut India, Jepang, dan China sebagai negara anti-imigran dan pembenci asing. Karena itu, perekonomian negara-negara tersebut bermasalah.
Menurut Biden, AS menunjukkan hal sebaliknya. Perekonomian AS terus melaju karena bisa menerima imigran. Koordinator Komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyebutkan, maksud Biden adalah AS sangat menerima imigran.
Meski demikian, dua negara dekat AS itu marah. Menteri Luar Negeri India Subhramanyam Jaishankar mengatakan, ekonomi India tidaklah jatuh. Sejarah juga menunjukkan, India negeri terbuka. ”Itu sebabnya kita memiliki Undang-Undang Kewarganegaraan yang terbuka bagi orang yang dalam kesusahan. Kita harus terbuka kepada orang yang perlu datang ke India dan memiliki alasan kuat untuk datang ke India,” tuturnya.
Ia merujuk pada undang-undang baru yang memungkinkan India menerima imigran dari tetangga. Syaratnya, imigran itu menjadi korban persekusi. Hanya saja, undang-undang itu dikritik karena menutup kesempatan kelompok tertentu.
India memberikan kemudahan bagi imigran Hindu, Persia, Sikh, Buddha, Jain, dan Kristen yang melarikan diri ke India dari Afghanistan, Bangladesh, dan Pakistan. Namun, aturan tersebut tidak berlaku bagi warga Muslim yang melarikan diri ke India.
Fakta sejarah juga menunjukkan penerimaan China, Jepang, serta Rusia pada orang asing. Modernisasi China, antara lain, karena kehadiran teknisi Jepang dan Taiwan beberapa dekade lalu. Kini, China juga rutin mendatangkan tenaga ahli dan akademisi asing.
Sementara itu, Rusia menerima imigran dari sejumlah negara bekas pecahan Uni Soviet. Ada ribuan imigran dari Asia Tengah berada di Rusia secara legal maupun ilegal.
Jepang juga terus menambah pekerja asing di berbagai badan usahanya. Bahkan, Jepang berusaha mempermudah syarat perekrutan pekerja asing. (AP/REUTERS)