Industri Teknologi Internet China Kehilangan Daya Tarik
Kerja di perusahaan internet China tak lagi menarik. Lebih baik wirausaha terkait teknologi digital. Hidup lebih tenang.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Perusahaan-perusahaan teknologi informatika di China kehilangan daya tarik dan momen pertumbuhan. Tindakan keras pemerintah pada akhir 2020 jadi salah satu penyebabnya. Dampaknya, puluhan ribu pekerja mengundurkan diri.
Tindakan keras kala itu dipicu kekhawatiran pemerintah pada perusahaan teknologi. Sebagian perusahaan dikhawatirkan bisa menyalahgunakan kekuasaan dan melemahkan persaingan sehat di pasar. Dilaporkan The South China Morning Post pada Minggu (5/5/2024), pemerintah juga berusaha mencegah ekspansi usaha yang tidak teratur di industri teknologi.
Sebelumnya, dalam laporan 9 Januari 2023, Nikkei Asia menulis tekanan Beijing pada Alibaba. Perusahaan yang dirintis Jack Ma itu dijatuhi denda besar. Sementara raksasa penyedia jasa pengiriman makanan, Meituan, dipaksa menurunkan biaya yang dikenakan ke kedai penjual makanan.
Rangkaian tindakan keras itu dinilai membunuh inovasi, kreativitas, dan semangat wirausaha. Gabungan faktor-faktor itu menjadikan China kekuatan teknologi di era sebelum pandemi.
Vice President of Alibaba Cloud Intelligence and General Manager of Enterprise Service Cloud William Xiong memaparkan teknologi kecerdasan buatan terkait aktivitas ramah lingkungan dalam temu media di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Kamis (28/9/2023).
Tindakan keras juga menghancurkan perusahaan, keuntungan, dan lapangan kerja. Dulu, tiga faktor itu jadi penarik pekerja terbaik China sektor teknologi informatika.
Aneka aturan ketat dan hambatan ekonomi membuat saham-saham perusahaan teknologi dilepaskan investor. Nilai pasarnya di bursa saham Hong Kong dan Amerika Serikat terpangkas hingga 70 persen.
Memang, lewat laporan 2 Mei 2024, kantor berita Xinhua menulis hal berbeda. Menurut media resmi China itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informatika, bisnis industri internet China tumbuh stabil pada awal 2024.
Pada Januari-Maret 2024, perusahaan internet dan bidang terkait di China meraup 384 miliar yuan. Omzetnya naik 8,4 persen dibandingkan periode sama pada 2023. Perusahaan penyedia aplikasi jasa wisata dan persewaan mobil mencatatkan kenaikan omzet 13,3 persen. Sementara penyedia layanan informasi mencatat kenaikan 5,9 persen.
Memang, ada penurunan anggaran penelitian. Hanya tercatat 19,8 miliar yuan atau lebih rendah 0,6 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2023.
Pekerja berhenti
Aneka tekanan pemerintah membuat sebagian pekerja Baidu, Alibaba Group Holding, dan Tencent Holdings berhenti lalu beralih menjadi wirausahawan. Jumlah karyawan yang tersisa di ketiga perusahaan itu sekitar 364.477 orang pada 2023. Jumlahnya turun sekitar 25.000 orang dibandingkan dengan 2022.
Pemotongan anggaran perusahaan jadi penyebab banyak pekerja keluar dari Baidu dan aneka perusahaan sejenis. Penilaian itu antara lain dilontarkan Zoe Du yang pernah bekerja di ByteDance, induk TikTok dan Douyin.
Selama di ByteDance, warga Chengdu-Sichuan itu pernah pingsan di tengah kerja. Sebab, ia kerja 11 jam per hari selama beberapa pekan. Pada 2020, ia mengundurkan diri lalu membuka usaha sendiri. Ia tidak sendirian. Hingga 70 persen teman kerjanya juga keluar.
Bayaran di perusahaan seperti ByteDance relatif masih lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan di sektor lain. Walakin, karena nilai pasar perusahaan-perusahaan teknologi merosot, manajemen membuat aneka pengurangan.
Hak karyawan untuk membeli saham di bawah harga pasar dikurangi. Karyawan juga bisa dipecat kapan saja.
Keluar dari ByteDance, Du mendirikan Ziranliu. Perusahaan itu membantu pemengaruh dunia maya meningkatkan interaksi dengan pengguna aneka aplikasi media sosial. Ziranliu juga membantu menjadikan interaksi itu sebagai pendapatan para pemengaruh.
Dengan delapan pekerja, Ziranliu membukukan omzet 10 juta yuan pada 2023. Sejauh ini, Ziranliu punya 150 klien. Pengalaman selama di ByteDance salah satu modal Du mengoperasikan Ziranliu.
Kantor ByteDance di Beijing, China pada Agustus 2020
Sebagai wirausaha, Du lebih leluasa mengatur waktunya. Dulu, ia hanya libur sehari per pekan. Kini, ia bisa libur dua hari per pekan. Selama libur, ia bisa ke mana saja.
Wang Sijing yang pernah bekerja di Baidu juga kini menjadi wirausaha digital. Setelah lima tahun bekerja di perusahaan orang lain, ia keluar pada 2017. Ia berhenti kerja saat industri internet China sedang berkembang.
Wang mendirikan pelatihan pengelolaan produk. Dibandingkan pemograman, manajer produk relatif lebih mudah perannya. Karena itu, peminat bisnis Wang melonjak dan ia membukukan omzet 20 juta yuan pada tahun pertama usaha.
Adaptasi pandemi
Memang, seperti banyak usaha lain di China, perusahaan Wang juga terpukul pandemi Covid-19. Semua kelas pelatihan ditutup. Selain itu, ada penurunan kegiatan usaha karena pembatasan kegiatan di luar ruang.
Wang mengubah haluan dan menyediakan pelatihan daring soal karier, wirausaha, serta tentu saja pengelolaan produk. Dia memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan aneka materi pelatihan.
Latihan pemasaran digital oleh mahasiswi Mede Education Technology's e-commerce school di Guangzhou, China, pada April 2024.
Ada banyak orang seperti Wang di media sosial China. Mereka menawarkan aneka konsultasi berdasarkan pengalaman masing-masing.
Sebagai wirausaha, Du lebih leluasa mengatur waktunya. Dulu, ia hanya libur sehari per pekan. Kini, ia bisa libur dua hari per pekan. Selama libur, ia bisa ke mana saja.
Memang, kadang itu masih bekerja dalam waktu panjang. Bedanya, kini ia melakukannya karena suka. ”Dulu saya sempat merasa bersalah karena berhenti kerja dan tak dapat gaji lagi. Akan tetapi, saya pikir-pikir lagi, waktu istirahat itu juga penting setelah bekerja tanpa henti selama bertahun-tahun,” ujarnya.