Merasa Diancam Negara Barat, Rusia Gelar Latihan Perang Nuklir
Untuk pertama kali Rusia secara terbuka mengumumkan mengadakan latihan militer, termasuk latihan taktis senjata nuklir.
MOSKWA, SELASA — Rusia mengancam akan menyerang pangkalan militer Inggris dan mengadakan latihan senjata nuklir taktis sebagai respons atas ancaman pejabat-pejabat negara Barat untuk melibatkan diri lebih dalam pada perang Ukraina. Ancaman ini dilontarkan Moskwa, Senin (6/5/2024).
Pemerintah Rusia telah memanggil duta besar Inggris di Moskwa. Kremlin kemudian mengeluarkan peringatan bahwa serangan Ukraina ke wilayah Rusia dengan menggunakan senjata buatan Inggris dapat menimbulkan aksi balasan terhadap fasilitas militer Inggris di wilayah Ukraina atau lokasi-lokasi lain.
Pernyataan tersebut disampaikan Rusia menjelang pelantikan Presiden Vladimir Putin untuk kelima kali. Upacara pelantikan ini berlangsung sepekan setelah pada Kamis (2/5/2024) Rusia memperingati Hari Kemenangan terhadap Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Baca juga: Kebocoran Pengungkap Keterlibatan NATO dalam Perang Ukraina
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, latihan serangan nuklir yang diadakan Rusia adalah tindakan terhadap pernyataan provokatif dan ancaman beberapa pejabat negara Barat terhadap Rusia.
Untuk pertama kali Rusia secara terbuka mengumumkan mengadakan latihan militer, termasuk latihan taktis senjata nuklir. Selama ini mereka menggelar latihan senjata nuklir, tetapi diakukan secara tertutup.
Senjata nuklir taktis yang dimaksud mencakup hulu ledak untuk rudal jarak dekat hingga amunisi artileri yang digunakan untuk garis depan pertempuran. Latihan senjata nuklir taktis tersebut digelar di sekitar Crimea dan wilayah Ukraina timur yang diduduki Rusia.
Kekuatan senjata nuklir yang digunakan dalam latihan itu tidak sebesar hulu ledak nuklir rudal antarbenua (ICBM) yang dapat menghancurkan seluruh kota.
Jumlah hulu ledak nuklir terbanyak di dunia dimiliki Amerika Serikat dengan 12.100 unit. Adapun Rusia menduduki peringkat kedua terbanyak dengan 10.600 hulu ledak. Terkait hulu ledak nuklir nonstrategis seperti yang digunakan dalam latihan terbaru, Rusia memiliki 1.558 unit.
Sebagai pembanding, bom atom di Hiroshima berasal dari bom dengan 15 kiloton hulu ledak. Senjata nuklir nonstrategis berada pada kisaran 1 kiloton yang ditujukan untuk memperoleh kemenangan taktis dalam pertempuran.
Sebagai pembanding, bom atom di Hiroshima berasal dari bom dengan 15 kiloton hulu ledak. Senjata nuklir nonstrategis berada pada kisaran 1 kiloton yang ditujukan untuk memperoleh kemenangan taktis dalam pertempuran. Bobot 1 kiloton hulu ledak nuklir kekuatannya setara dengan 1.000 ton bahan peledak TNT.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric menyampaikan kekhawatiran kepada para pihak yang melontarkan wacana penggunaan senjata nuklir. ”Risiko senjata nuklir belakangan ini berada pada tingkat yang sangat berbahaya. Semua tindakan yang dapat memicu salah perhitungan, eskalasi, dan dampak berbahaya harus dihindari,” kata Dujarric.
Pernyataan Rusia menjadi lampu merah bagi para sekutu Ukraina di Eropa Barat yang semakin melibatkan diri dalam perang di Ukraina. Perang ini sudah berkecamuk selama dua tahun. Rusia dalam keadaan unggul saat ini karena Ukraina mengalami kekurangan prajurit dan persenjataan. Beberapa sekutu Barat Ukraina menyampaikan kekhawatiran perang dapat meluas di luar wilayah Ukraina-Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pekan lalu mengulangi pernyataan bahwa tidak tertutup kemungkinan prajurit Perancis akan dikirim ke Ukraina. Adapun Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan, para prajurit Ukraina dapat menggunakan senjata jarak jauh buatan Inggris untuk menggempur sasaran di dalam wilayah Rusia.
Beberapa negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang memasok senjata ke Ukraina juga menyampaikan hal senada. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) Mayor Jenderal Pat Ryder mengecam latihan senjata nuklir taktis Rusia.
”Ini contoh retorika tidak bertanggung jawab oleh Rusia yang sejak dulu dilakukan. Ini sangat tidak pantas terlebih mengingat kondisi yang terjadi saat ini. Kita akan terus memantau mereka,” kata Ryder.
Pemerintah Rusia menilai pernyataan Pentagon tersebut sebagai ancaman dan memanaskan hubungan Rusia dan NATO. Sejauh ini, Perang Rusia-Ukraina sudah membuat hubungan tegang antara Rusia dan negara Eropa Barat.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Senin (6/5/2024), mengatakan, pernyataan Macron dan keterangan pejabat Inggris dan Amerika Serikat telah mendorong Rusia melakukan latihan senjata nuklir. ”Ini eskalasi ketegangan baru sehingga diperlukan perhatian khusus dan terukur,” kata Peskov.
Baca juga: Taktik NATO Gagal, Ukraina Kembali Terapkan Cara Perang Soviet
Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil Duta Besar Prancis dan Inggris terkait keterangan pemerintah mereka soal pelibatan diri dan penggunaan senjata yang mereka pasok ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan, latihan senjata nuklir mengganggu stabilitas kawasan. ”Tindakan Rusia saat ini dapat dianggap tidak bertanggung jawab dan gegabah,” kata Billstrom ke TV Swedia TT.
Wakil Dewan Keamanan Rusia Dmitri Medvedev menyatakan, keterangan Macron dan Cameron menimbulkan risiko perlombaan nuklir yang berdampak bencana global.
Ini bukan pertama kali dukungan militer Eropa barat ke Ukraina memicu ancaman senjata nuklir. Pada Maret 2023, setelah Inggris memutuskan mengirim amunisi dengan uranium ke Ukraina—pernah digunakan di Perang Irak—Putin menyatakan hendak menggelar senjata nuklir taktis di Belarus, negara tetangga Rusia yang juga berbatasan dengan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan, latihan senjata nuklir taktis tersebut untuk meningkatkan kesiapan perang guna tugas pertempuran sesungguhnya. Langkah tersebut diambil atas perintah Presiden Vladimir Putin. Latihan senjata nuklir taktis tersebut melibatkan Distrik Militer Selatan bersama Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
Pengumuman Rusia tersebut tidak menimbulkan reaksi besar di Ukraina. Juru bicara Intelijen Militer Ukraina, Andrii Yusov, mengatakan, ancaman nuklir adalah tindakan yang biasa dilakukan rezim Putin. ”Ini bukan berita besar yang harus ditanggapi serius,” katanya.
Baca juga: Babak Baru Peran NATO dalam Perang Ukraina-Rusia
Para pejabat Barat menyalahkan Rusia karena mengancam meluasnya perang dengan tindakan provokasi. Sejumlah negara anggota NATO pekan lalu menyatakan prihatin atas tindakan hibrida yang dilakukan Rusia di wilayah negara sekutunya. Hal itu dianggap menimbulkan ancaman keamanan.
Dmitry Peskov menolak tudingan tersebut dan menyebutnya tidak berdasar dan tuduhan terbaru terhadap Rusia.
Pekan lalu, Pemerintah Jerman memanggil pulang duta besarnya dari Rusia untuk konsultasi di Berlin terkait dugaan peretasan komputer terhadap partai pendukung Kanselir Olaf Scholz.
Serangan di Belgorod
Dalam perkembangan terakhir, pesawat nirawak (drone) Ukraina diberitakan menghantam dua mobil berpenumpang di wilayah Belgorod, Rusia, mengakibatkan enam orang tewas dan 35 orang terluka. Terdapat dua anak-anak di antara korban tewas.
Wilayah Belgorod berbatasan dengan Ukraina. Wilayah itu sudah berbulan-bulan dihantam serangan militer Ukraina. Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov mengatakan, salah satu kendaraan yang hancur membawa pekerja pertanian setempat. Keterangan tersebut tidak dapat dikonfirmasikan secara mandiri.
Militer Ukraina terjebak dalam kebuntuan perang di medan pertempuran sejauh 1.000 kilometer karena kekurangan prajurit dan amunisi setelah dua tahun berperang. Hal ini memicu Ukraina menggunakan serangan dengan tembakan amunisi ke wilayah pedalaman Rusia.
Tindakan tersebut dianggap Rusia sebagai upaya meluaskan perang. Rusia juga menggunakan rudal jarak jauh, barase artileri, dan serangan drone untuk menghancurkan Ukraina.
Baca juga: Sisa Bom Amerika Serikat di Kamboja
Militer Rusia menyasar fasilitas pembangkit tenaga listrik Ukraina pada malam hari. Salah satunya wilayah di Ukraina utara, yakni Sumy, kehilangan pasokan listrik di sejumlah kota akibat serangan Rusia terhadap pembangkit tenaga listrik setempat.
Kabar terakhir, Rusia menyerang Sumy dengan 13 drone Shahed buatan Iran. Sebanyak 12 drone ditembak jatuh Angkatan Udara Ukraina.
Selain itu, dari Ukraina dilaporkan, seorang pemenang medali emas angkat berat Eropa tahun 2016 dan 2017, Oleksandr Pielieshenko, gugur dalam pertempuran. Pielishenko (30), menurut kepala pelatihan nasional angkat berat Ukraina, Victor Slobodianiuk, disebut gugur sebagai pahlawan melindungi Ukraina. (AP)