Jakarta harus menurunkan insidensi TBC dari 60.420 kasus pada tahun 2023 menjadi 6.901 kasus pada tahun 2030.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kampung Siaga Tuberkulosis akan dibangun secara bertahap sampai September di 267 RW se-Jakarta. Adanya kampung TBC ini untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian warga dalam mencegah TBC.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada tahun 2023 menemukan 60.420 kasus TBC baru. Sebanyak 16 persen atau 9.684 kasus merupakan pasien anak. Kondisi kian mengkhawatirkan lantaran 14 persen penderita TBC baru belum menjalani pengobatan karena tidak percaya bahwa dirinya mengidap TBC, takut kena pemutusan hubungan kerja (PHK), dan dikucilkan oleh warga.
Selain itu, 14 persen pasien putus berobat. Padahal, pengobatan TBC harus tuntas dalam jangka waktu tertentu dan pengobatan tidak dipungut biaya atau gratis.
Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono meluncurkan program Kampung Siaga TBC ini pada Rabu (8/5/2024). Program ini sekaligus bagian dari memperingati Hari TBC Sedunia yang jatuh pada 24 Maret. Dalam kesempatan itu, seluruh jajarannya diminta mewujudkan Kampung Siaga TBC dan merealisasikan Jakarta bebas TBC pada tahun 2030.
”TBC penyakit yang menyerupai kapal selam. TBC diam, tidak bersuara, tetapi terus maju penularannya. Jajaran pemerintah daerah harus konsisten menurunkan TBC,” ucap Heru.
Upaya bebas TBC juga masuk program prioritas Pemprov DKI Jakarta. Salah satunya melalui alokasi anggaran 5 persen untuk setiap kelurahan dalam Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta.
Heru mengatakan, anggaran 5 persen ini bisa untuk program menuntaskan TBC. Ke depan, puskesmas se-Jakarta juga bisa melayani pengobatan TBC bagi warga tidak ber-KTP Jakarta.
”Pelayanan bagi warga tidak ber-KTP tetapi tinggal di Jakarta ini sekaligus pendataan sebagai upaya menekan penyebaran TBC,” ujarnya.
Saat ini, insidensi di Jakarta masih tinggi, yakni 535 per 100.000 penduduk. Adapun target eliminasi TBC yang telah ditetapkan secara nasional ialah 65 per 100.000 penduduk.
Selain membentuk Kampung Siaga TBC, Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga berinovasi untuk percepatan penanggulangan TBC. Mulai dari pelayanan kesehatan dasar terkait TBC, pemberdayaan warga melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), hingga promosi kesehatan yang masif di setiap Kampung Siaga TBC yang telah terbentuk nantinya.
Setelah terbentuk, pada Oktober akan dilakukan apresiasi kepada lima Kampung Bebas TBC terbaik. Penilaian mencakup ketersediaan kebijakan, sarana prasarana, upaya penemuan dan pendampingan kasus, aspek promosi kesehatan dan pemberdayaan warga, inovasi yang dilakukan, serta capaian indikator program pengendalian TBC.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menuturkan, dari upaya-upaya ini, diharapkan akan tercipta kesadaran lebih besar tentang masalah TBC di Indonesia dan Jakarta sehingga insidensi TBC dapat turun.
Saat ini, insidensi di Jakarta masih tinggi, yakni 535 per 100.000 penduduk. Adapun target eliminasi TBC yang telah ditetapkan secara nasional ialah 65 per 100.000 penduduk.
”Jakarta harus menurunkan insidensi TBC dari 60.420 kasus pada tahun 2023 menjadi 6.901 kasus pada tahun 2030 atau seperdelapan dari kondisi saat ini,” ujar Ani.