Jalur Piket Nol Kembali Longsor, Jalur Malang-Lumajang Ditutup
Jalur Malang-Lumajang kembali ditutup setelah kawasan Piket Nol kembali longsor pada Rabu (24/4/2024) sore.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·1 menit baca
MALANG, KOMPAS — Jalur Malang-Lumajang kembali ditutup setelah kawasan Piket Nol kembali longsor pada Rabu (24/4/2024) sore. Sehari sebelumnya, longsor juga terjadi di kawasan itu dan menyebabkan beberapa orang sempat terjebak.
”Sore sekitar pukul 15.00 WIB tadi, Piket Nol kembali longsor. Lokasinya di Kilometer 55. Karena itu, untuk saat ini, Piket Nol kembali ditutup karena dilakukan pembersihan jalan,” kata anggota Tagana Divisi Data dan Informasi, Rudi Mochammad Kholiq, Rabu.
Menurut Rudi, jalur Piket Nol memang menjadi salah satu jalur rawan longsor, apalagi pada musim cuaca ekstrem pada peralihan musim hujan ke kemarau seperti saat ini. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat selalu berhati-hati saat melintasi jalur tersebut. Jalur ini merupakan kawasan dengan kontur tebing perbukitan karena merupakan kaki Gunung Semeru.
”Jika memang kondisi hujan deras dan cuaca tidak mendukung, lebih baik tidak melewati jalan itu. Bisa ambil jalan lain yang lebih aman,” kata Rudi.
Sehari sebelumnya, tepatnya Selasa (23/4/2024) sekitar pukul 21.00 WIB, jalur Piket Nol juga tertimbun longsor dari tebing di lereng selatan jalur Malang-Lumajang tersebut. Saat itu bahkan beberapa orang sempat terjebak tidak bisa melintas karena jalan yang sedianya dilewati tertutup longsor.
”Longsor teratasi pada Rabu pagi dan jalan sudah bisa dilalui meski dengan sistem buka tutup. Namun, memang semalam sempat ada yang terjebak di sana dan akhirnya ada yang diungsikan ke rumah warga terdekat untuk beristirahat terlebih dahulu,” kata Camat Pronojiwo Hani Pujianto.
Jalur Piket Nol merupakan jalan utama penghubung Malang-Lumajang. Tahun 2022, jalur sempat putus total setelah jalan tersebut longsor sepanjang 50 meter dan selebar 7 meter. Akibatnya, lalu lintas Malang-Lumajang harus memutar melalui Probolinggo (lewat jalur utara) atau melewati Curah Kobokan, Pronojiwo. Hanya saja, jalur curah Kobokan juga berulang kali ditutup karena adanya banjir lahar hujan dari Gunung Semeru.