38 Tahun ASDP di NTT, Percepatlah Digitalisasi agar Melayani Lebih Baik
Digitalisasi yang sudah dimulai ASDP Kupang agar semakin dipercepat. Ini demi memberi pelayanan bagi pengguna jasa.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Selasa (23/4/2024) pagi, Manajer Usaha PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kupang Andri Matte mengumpulkan tiga nakhoda kapal di ruang kerjanya di Pelabuhan Bolok Kupang, Nusa Tenggara Timur. Andri yang baru sembuh dari sakit itu berbicara dengan nada pelan, ketiga kapten kapal menyimaknya.
”Tolong semua harus serius untuk berbenah. Masyarakat sekarang sedang menyoroti kita. Tolong...,” kata Andri mengulang kembali ucapannya saat diwawancarai Kompas beberapa menit setelah pertemuannya dengan para nakhoda itu.
ASDP Kupang tengah menjadi sorotan lantaran terjadi beberapa kasus belakangan, antara lain anak buah kapal menarik uang Rp 50.000 dari penumpang kelas ekonomi yang hendak masuk ke ruang kelas bisnis. Uang itu tidak disetor menjadi sumber pendapatan ASDP, tetapi dikelola oleh pihak kapal.
Praktik yang sudah berlangsung bertahun-tahun itu menjadi ramai setelah diungkap Ombudsman NTT ke publik. Ketua Ombudsman NTT Darius B Daton bersama Andri melakukan sidak ke kapal pada Desember 2023. Mereka membuktikan sendiri praktik itu.
Langkah yang diambil Andri adalah memutasi sejumlah kru kapal yang terlibat. Selanjutnya, mengeluarkan edaran kepada semua nakhoda untuk tidak lagi membiarkan praktik itu berlangsung di kapal. ”Dalam pertemuan dengan nakhoda tadi, saya tegaskan kembali edaran itu,” ujar Andri.
Selain di kapal, petugas ASDP di darat juga diminta untuk melakukan pembenahan. Setiap 30 menit sekali, lewat pelantang suara, mereka mengumumkan kepada calon penumpang bahwa semua tiket, termasuk untuk kelas ekonomi dan bisnis, harus dibeli di loket darat.
Tidak adalah lagi penjualan tiket di kapal. Tidak ada lagi penumpang kelas ekonomi yang boleh masuk ke kelas bisnis setelah membayar Rp 50.000 kepada petugas. Akan ada petugas keamanan yang berdiri di pintu masuk ruang kelas bisnis untuk memeriksa setiap penumpang yang masuk.
Petugas ASDP di darat juga tidak lagi memegang uang tunai setelah sistem pembelian tiket sudah beralih secara digital. Calon penumpang datang melakukan penambahan saldo di kartu uang elektronik untuk pembelian tiket. Proses itu ditangani pihak ketiga. Selanjutnya, calon penumpang menukarkannya ke konter petugas ASDP untuk mendapatkan boarding pass.
Pembelian juga bisa dilakukan melalui transfer di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) atau melalui mobile banking. Bukti transfer pembelian ditunjuk kepada petugas konter check in untuk mendapatkan boarding pass. Digitalisasi tiket dapat mengurangi penumpukan di depan loket penambahan dana pembelian tiket.
”Waktu musim arus mudik Idul Fitri 2024, digitalisasi tiket ini sangat membantu. Tantangan kami adalah bagaimana menghadapi musim Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 karena pengguna jasa ASDP jauh lebih banyak. Sekarang kami lagi bangun terminal baru yang lebih besar dan pasti dengan sistem pelayanan yang lebih mudah,” kata Andri.
Di sisi lain, Marsel Belang (55), pengguna ASDP selama 30 tahun terakhir, mengakui, ASDP Kupang melakukan berbagai pembenahan, tetapi tidak terlalu cepat. Ia mencontohkan, koridor antrean di tempat pembelian tiket dan check in sangat sempit sehingga terjadi kepadatan ketika peak season atau ketika banyak orang bepergian. Belum lagi ruang tunggu yang sangat sempit sehingga membuat gerah.
Jangan sampai masih ada anggapan bahwa penumpang kapal ASDP adalah orang ekonomi rendah sehingga pelayanan pun seakan di bawah standar.
Marsel berharap dua hal itu mendapat perbaikan, seperti halnya terminal untuk kapal penumpang Pelni di Pelabuhan Tenau yang berada tak jauh dari Pelabuhan ASDP Bolok. ”Jangan sampai masih ada anggapan bahwa penumpang kapal ASDP adalah orang ekonomi rendah sehingga pelayanan pun seakan di bawah standar,” katanya.
Sementara itu, Heri Boli, pengusaha jasa ekspedisi yang mengandalkan kapal ASDP, mengatakan, kehadiran ASDP membantu kelancaran mobilisasi penumpang, barang, dan kendaraan dari Kupang, ibu kota provinsi, ke sejumlah daerah di NTT. Hal itu bisa menekan potensi kelangkaan barang serta disparitas harga yang cukup jauh berbeda. Sebagai contoh, harga satu sak semen di Kupang sekitar Rp 50.000, sementara di daerah bisa mencapai Rp 60.000.
Kendati demikian, Heri masih menemukan berbagai persoalan ketika proses antrean kendaraan masuk kapal di Pelabuhan Bolok. Sering terjadi adalah kendaraan yang datang belakangan malah diizinkan masuk lebih dahulu sehingga kendaraan yang sudah lama mengantre tidak kebagian tempat.
Pengaturan semacam itu masih terjadi ketika ASDP sudah menaikkan tarif angkutan pada Desember 2023. Truk untuk rute Kupang ke Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur, yang sebelumnya Rp 1,8 juta, naik menjadi Rp 3,4 juta. ”Seharusnya tarif setinggi itu harus dibarengi dengan pelayanan yang semakin bagus,” kata Heri.
Menurut data ASDP Cabang Kupang, kebutuhan masyarakat untuk bepergian menggunakan kapal ASDP terus meningkat setiap tahun. ASDP mulai melayani NTT tahun 1986 atau 38 tahun silam, sementara secara nasional, ASDP mulai beroperasi 51 tahun lalu. Lebih dari setengah abad melayani Nusantara.
Saat ini, ASDP Kupang melayani 57 lintasan. Tahun 2022 melakukan 1.691 kali perjalanan dengan mengangkut 134.502 penumpang dan 48.766 kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih. Tahun 2023 naik signifikan. Total 7.413 kali perjalanan dengan mengangkut 394.213 penumpang dan 122.940 kendaraan berbagai jenis.
Tuti Lawalu, pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, mendorong penerapan sistem digitalisasi menjadi solusi di tengah berbagai persoalan, seperti pembelian tiket, antrean kendaraan masuk kapal, hingga penempatan ruang di kapal. Di wilayah Indonesia barat, banyak yang cukup berhasil menerapkan itu. ”Di luar sistem digitalisasi, kesadaran penumpang juga sangat penting untuk menunjang keberhasilannya,” katanya.
Menurut Tuti, tidak ada kata terlambat untuk memulai karena ASDP memiliki sumber daya yang besar serta potensi pendapatan yang tinggi karena menguasai sebagian besar volume angkutan penumpang, barang, kendaraan di NTT. Itu tandanya, masyarakat membutuhkan ASDP. Sudah 38 tahun melayani di NTT, percepatlah proses digitalisasi agar dapat berbenah menjadi lebih baik.