Calon-calon Muda Bermunculan dalam Pilgub Jateng
Sejumlah calon muda santer disebut bakal bertarung di Pilkada Jateng mendatang. Baliho para calon pun bertebaran.
Sejumlah baliho para sosok muda yang kemungkinan bakal bertarung dalam pemilihan gubernur mulai bertebaran di berbagai lokasi di Jawa Tengah, setidaknya sejak sebulan terakhir. Pemasangan ribuan baliho itu dinilai sebagai salah satu strategi perkenalan diri para calon kepada masyarakat.
Di hampir setiap sudut di Jateng, masyarakat bisa dengan mudah menjumpai baliho-baliho sejumlah politisi, seperti Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Jateng Sudaryono dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jateng Muhammad Yusuf Chudlori. Selain itu, baliho bergambar Bupati Kendal Dico M Ganinduto dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Jateng terpilih, Casytha Arriwi Kathmandu, juga tak terbilang jumlahnya.
Dari baliho-baliho yang terpasang, hanya baliho bergambar Sudaryono yang menyebut dengan terang bahwa Sudaryono adalah calon gubernur. Sementara itu, pada baliho bergambar Dico, tidak ada kata-kata gubernur. Namun, tercantum kalimat dengan tagar #Jatenglebihbaik pada baliho-baliho tersebut.
Baca juga: Cari Sosok Potensial, Parpol Jaring Kandidat Kepala Daerah secara Terbuka
Adapun pada baliho Yusuf dan Casytha juga tidak terdapat pesan terang yang menyebutkan keduanya bakal berkontestasi dalam Pemilihan Gubernur Jateng. Dalam baliho-balihonya, kedua tokoh itu mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat Jateng kepada dirinya maupun partainya pada Pemilu 2024.
Selain para politisi, tersebar juga baliho Kepala Kepolisian Daerah Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi. Jika dibandingkan dengan baliho yang dipasang para politisi di Jateng, jumlah baliho Luthfi tergolong lebih banyak. Pada baliho-baliho tersebut, Luthfi menyampaikan ucapan Selamat Idul Fitri hingga memberikan imbauan menjaga ketertiban dan keamanan.
”Mungkin beliau salah satu kapolda dengan baliho terbanyak karena hampir semua sudut pertigaan itu ada. Secara logika, tidak mungkin hanya punya tujuan (memberi ucapan dan menyampaikan imbauan), tidak punya tujuan lain. Menurut saya, Pemilihan Gubernur Jateng menjadi salah satu tujuan beliau,” tutur pengamat politik Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman, saat dihubungi, Senin (29/4/2024).
Menurut Wahid, popularitas merupakan salah satu poin yang dipertimbangkan partai politik untuk memilih calon yang bakal diusung. Di Jateng, cara mendongkrak popularitas yang paling banyak dilakukan adalah memasang baliho, spanduk, dan reklame.
”Di Jateng ini agak unik. Kalau dari banyak (hasil) survei, baliho, spanduk, dan reklame itu menjadi media utama (yang dipilih) untuk memperkenalkan (calon yang akan berkontestasi)," ujarnya.
Ketiadaan calon petahana, menurut dia, juga membuat kontestasi kian seru karena memberikan peluang yang setara bagi figur-figur yang memiliki ketertarikan maupun potensi untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jateng. Sosok-sosok yang berpeluang untuk berkompetisi pun cukup beragam, mulai dari kader partai, kader nonpartai, hingga kalangan santri.
Dari Gerindra, sosok Sudaryono dinilai Wahid memiliki peluang besar untuk dicalonkan. Di samping masih muda dan punya rekam jejak pendidikan yang baik, Sudaryono dinilai merupakan anak emas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Di Jateng ini agak unik. Kalau dari banyak (hasil) survei, baliho, spanduk, dan reklame itu menjadi media utama (yang dipilih) untuk memperkenalkan (calon yang akan berkontestasi).
Sementara itu, dari Golkar, ada dua kader yang disebut Wahid berpotensi maju, yakni Dico dan Ketua Harian Dewan Pimpinan Daerah Golkar sekaligus mantan Bupati Batang Wihaji. Keduanya disebut sama-sama memiliki pengalaman memimpin wilayah.
”Selain mengusung kadernya, Golkar juga ada peluang untuk mengusung calon alternatif yang nonpartai, misalnya Ahmad Luthfi. Bagaimanapun, (ia) punya jasa dalam memenangkan Prabowo di Jateng. Sehingga, harapan itu ada,” ucap Wahid.
Adapun PDI-P dinilai Wahid belum terlalu menunjukkan calon tertentu yang bakal diusung dalam Pemilihan Gubernur Jateng. Wahid menduga, PDI-P belum menampakkan calonnya karena partai yang tiga kali berturut-turut memenangi Pemilihan Gubernur Jateng itu sudah sangat fasih dalam kontestasi tersebut. Apalagi, Jateng sudah lama dikenal sebagai salah satu basis tradisional pemilih PDI-P.
”Seperti pada Pemilihan Gubernur tahun 2008 dan 2013, (penunjukan calon) dari PDI-P itu relatif di masa-masa akhir. Tetapi, tetap bisa menang karena dari partai sudah solid, struktur dari Jateng hingga ke bawa juga luar biasa. Sehingga calon-calonnya pun relatif tidak banyak menebar pesona lewat baliho,” tuturnya.
Kendati demikian, ada sejumlah kader yang dianggap Wahid punya potensi untuk berkontestasi, yakni Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI-P Jateng Bambang Wuryanto dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Kota Semarang sekaligus mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Selain itu, ada kader nonpartai yang juga dinilai berpeluang dijagokan oleh PDI-P, yakni Casytha, yang merupakan putri Bambang.
”Meski bukan kader, Casytha punya darah PDI-P dari bapaknya, itu juga bisa jadi alternatif. Dan, itu tampaknya sudah mulai kelihatan karena balihonya di mana-mana. Meskipun (isi) balihonya mengucapkan terima kasih atas dukungan, (itu merupakan salah satu) sosialisasi halus. Bagian dari arah ke sana (maju dalam Pemilihan Gubernur Jateng),” ujar Wahid.
Ia menambahkan, sebagai salah satu basis Islam tradisional, Jateng juga berpeluang dipimpin oleh calon gubernur dari kalangan santri. Salah satu sosok dari kalangan santri yang namanya santer terdengar akan maju dalam Pemilihan Gubernur Jateng adalah Yusuf Chudlori.
Pemimpin muda
Menurut Wahid, masyarakat Jateng punya kecenderungan menyukai pemimpin muda. Karena itu, pada pemilihan gubernur tahun ini, muncul figur-figur muda yang diduga kuat akan maju, misalnya Sudaryono yang berusia 39 tahun, Casytha yang berusia 36 tahun, dan Dico yang berusia 34 tahun.
Selain muda, Jateng yang memiliki 35 kabupaten/kota juga butuh sosok pemimpin yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan bisa mengayomi. Kemampuan menjalin relasi yang harmonis dengan bupati dan wali kota di seluruh wilayah Jateng juga diperlukan supaya program maupun visi dan misi gubernur bisa terealisasi.
Wahid menyebutkan, sosok pemimpin yang bisa menggenjot perekonomian juga dibutuhkan oleh masyarakat Jateng. Sebab, perekonomian di Jateng disebut Wahid masih tertinggal jika dibandingkan dengan Jatim dan Jabar. Padahal, Jateng memiliki banyak peluang seiring dengan adanya sejumlah pabrik besar yang melakukan relokasi industri.
Kendati pendaftaran pasangan calon yang bakal bertarung dalam pemilihan gubernur baru dibuka Agustus mendatang, persiapan telah dilakukan sejumlah partai. Komunikasi antarpartai untuk penjajakan koalisi juga mulai dilakukan.
Gerindra Jateng, misalnya, telah menjalin komunikasi dengan partai-partai lain. Salah satu partai yang sudah berkomunikasi dengan Gerindra, menurut Sudaryono, adalah Demokrat. Minggu (28/4/2024), kedua partai itu bertemu pada sebuah acara halalbihalal di kantor Gerindra Jateng.
”Supaya bisa ikut pemilu, partai politik harus bersatu, bergabung, dan berkoalisi untuk mengusung pemimpin yang mau dimenangkan. Saya kira, itu suatu hal yang wajar, yang memang menjadi kewajiban kami sebagai pimpinan partai untuk menjalin komunikasi dengan partai lain,” kata Sudaryono seusai pertemuan tersebut.
Saat ditanya terkait kerja sama dengan Demokrat, Sudaryono menyebut partainya nyaman dengan Demokrat. Ia juga membenarkan bahwa ada pembahasan terkait pemilihan gubernur yang dilakukan antara partainya dan Demokrat.
”Saya kira clear untuk menjajakan kerja sama (dengan Demokrat). (Kerja sama) itu nanti dituangkan di selembar kertas yang namanya rekomendasi. Untuk sampai dengan rekomendasi harus banyak komunikasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Demokrat Jateng Rinto Subekti menyatakan, pihaknya siap melakukan penjajakan koalisi dengan Gerindra. Tak hanya untuk pemilihan gubernur, penjajakan koalisi juga akan dilakukan untuk pemilihan wali kota dan pemilihan bupati.
”Yang jelas buat kami, Demokrat ingin berkoalisi dengan siapa pun. Namun, domain rekomendasi ada di Dewan Pimpinan Pusat,” ucap Rinto.
Rinto menambahkan, partainya belum memastikan apakah ada kader internal yang akan diajukan sebagai calon gubernur Jateng. Menurut dia, Sudaryono merupakan sosok yang cukup menarik untuk diajukan partainya dalam Pemilihan Gubernur Jateng.
”Beliau muda dan mampu memenangkan Pak Prabowo, yang kemarin Partai Demokrat usung bersama. Jadi, Dartai demokrat juga sudah berpikir bagaimana (jika) sosok Sudaryono dicalonkan sebagai gubernur,” lanjutnya.
Komunikasi dengan partai-partai lain juga dijalin oleh Golkar. Ketua Harian DPD Golkar Jateng Wihaji menuturkan, pihaknya telah melakukan komunikasi nonformal dengan seluruh partai.
”Persoalan nanti akan bersama atau berkompetisi itu soal lain. Yang penting untuk kepentingan ke depan yang lebih baik. Semangat Golkar untuk menata Jateng yang lebih baik,” katanya.
Wihaji menambahkan, sejak tiga bulan lalu, Dewan Pimpinan Pusat Golkar telah memberikan surat tugas kepada empat kadernya, yakni dirinya, Dico, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golkar Jateng Panggah Susanto, dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Golkar Jateng Juliyatmono. Surat tugas itu berisi arahan untuk bekerja dalam Pemilihan Gubernur Jateng.
Baca juga : Tiga Nama Diusulkan Jadi Calon Penjabat Gubernur Jateng
Wihaji menyebutkan, menyosialisasikan Partai Golkar merupakan salah satu bentuk dari penugasan. Cara yang dilakukan untuk menyosialisasikan itu beragam, antara lain bisa dilakukan dengan bekerja sungguh-sungguh, turun ke masyarakat, hingga memasang baliho.
”Itu nanti akan disurvei, siapa yang paling bisa diterima, siapa yang paling punya banyak kontribusi terhadap Golkar, untuk selanjutnya diberikan rekomendasi dari DPP. Saya kira DPP akan bijak menentukan kader terbaiknya karena tidak mungkin empat maju jadi calon semua, pasti satu,” ujarnya.