Pemkab Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, menggencarkan vaksinasi hingga sosialisasi untuk mengendalikan rabies.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Kabupaten Landak di Kalimantan Barat menjadi daerah dengan kasus kematian terbanyak akibat rabies setidaknya dalam empat bulan terakhir. Ratusan vial vaksin antirabies disebarkan untuk meminimalkan risiko itu.
Selama Januari-April 2024, terdata 1.561 jumlah gigitan hewan penular rabies di Kalimantan Barat. Sebanyak 1.414 kasus di antaranya tertangani dan mendapat vaksin antirabies.
Akan tetapi, masih ada empat orang yang tewas dalam empat bulan terakhir. Tiga orang adalah warga Kabupaten Landak dan satu kasus kematian lainnya terjadi di Kabupaten Mempawah.
Penjabat Bupati Landak Samuel, Rabu (8/5/2024), menyebutkan telah berusaha mengendalikan rabies. Salah satunya, dengan menggencarkan vaksinasi rabies. Dia menyebut ada penambahan 650 vial vaksin antirabies (VAR) yang dikirimkan ke sejumlah puskesmas.
”Saya menugaskan camat dan kepala desa untuk menertibkan hewan penyebar rabies. Apabila tidak mau divaksin, hewan akan dimusnahkan,” kata Samuel.
Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait bahaya penyakit rabies juga dilakukan. Warga diberi banyak pengetahuan terkait penanganan gigitan hewan penyebar rabies.
Data Dinas Kesehatan Kalbar menyebut persediaan VAR mencapai 5.267 vial. Sebanyak 3.717 vial sudah disalurkan ke sejumlah daerah.
Kepala Dinkes Kalbar Erna Yulianti mengingatkan, masyarakat yang mengetahui kasus gigitan anjing, kucing, ataupun kera agar segera melaporkannya kepada aparat desa dan puskesmas. Dalam banyak kejadian, penderita rabies baru mendapat penanganan medis saat kondisinya sudah kritis.
Gejala klinis pada manusia terpapar rabies umumnya demam dan ada keluhan mual, nyeri seperti terbakar di daerah gigitan, dan sakit tenggorokan. Bila masuk fase kritis, pasien biasanya takut cahaya matahari dan air serta mengeluarkan air liur berlebihan.
Semua pemangku kebijakan di daerah harus aktif mengedukasi warga tentang pentingnya vaksinasi dan pencegahan rabies lainnya,
.
Rabies sudah diwaspadai sejak lama karena rawan menyebabkan kematian. Berdasarkan catatan Kompas, Inggris pada awal 1900-an dan Jepang pada 1952 berhasil bebas dari rabies lewat eliminasi anjing yang berkeliaran di jalan. Setelah bebas, Inggris sempat menerapkan karantina enam bulan untuk anjing dan kucing yang mau masuk ke negara itu.
Setelah ditemukan vaksin rabies berbasis kultur sel dan uji serologis deteksi kekebalan, persyaratan memasukkan anjing dan kucing diubah. Hewan peliharaan itu harus mempunyai protective antibody. Lewat cara baru ini, Inggris tetap bebas dari rabies sampai kini.
Sejauh ini, Indonesia berhasil membebaskan Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta dari rabies lewat vaksinasi.