logo Kompas.id
OpiniTrilema Kenaikan Suku Bunga
Iklan

Trilema Kenaikan Suku Bunga

Dominasi fiskal mengunci kebijakan moneter karena harus meredam inflasi, serta menjaga pertumbuhan dan stabilitas pasar.

Oleh
AGUSTINUS PRASETYANTOKO PENGAJAR UNIKA ATMA JAYA JAKARTA,
· 4 menit baca
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tiga kiri) bersama jajarannya bersiap memulai konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (21/12/2023). BI mempertahankan suku bunga acuan pada 6 persen.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tiga kiri) bersama jajarannya bersiap memulai konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (21/12/2023). BI mempertahankan suku bunga acuan pada 6 persen.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada April 2024 memutuskan kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen. Banyak pihak, termasuk saya, tak mengira BI akan secepat itu menaikkan suku bunga. Tampaknya, tekanan terhadap stabilitas (nilai tukar) terlalu kuat sehingga suku bunga perlu segera dinaikkan.

Tekanan terhadap rupiah meningkat sejak bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan menahan suku bunga acuan 5,25-5,50 persen. Dalam pidatonya, Ketua The Fed Jerome Powell menyebut kenaikan harga dalam tiga bulan pertama 2024 lebih cepat dari dugaan sebesar 2,7 persen atau masih lebih tinggi dari target 2 persen.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000