Mengantar Jhonny Iskandar
Penyanyi dangdut Jhonny Iskandar meninggal dunia pada usia 64 tahun. Ia merupakan pendiri dan mantan vokalis Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR).
Industri musik mesti melantunkan irama sendu pada hari ini. Salah satu penyanyi populer era 1980-1990-an, Jhonny Iskandar, berpulang. Seketika lirih suling seperti mengalun mengisi udara.
Jhonny mengembuskan napas terakhir di sebuah rumah sakit di Cikaret, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/5/2024) pagi. Ia meninggal dalam usia 64 tahun. Jhonny disemayamkan di rumah duka di Desa Leuwinutug, Kabupaten Bogor, dan dimakamkan di pemakaman keluarga.
Kabar duka ini mengejutkan bagi rekan sesama musisi. Mengingat sehari sebelum meninggal dunia, Jhonny masih sempat live di media sosial. Menurut sang istri, Nurhayati, Jhonny sempat mengeluh sesak napas, tetapi menolak dibawa ke rumah sakit. Namun, keluarga tetap melarikan Jhonny ke klinik terdekat dan dirujuk ke rumah sakit. Walakin, Jhonny akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Dengan identitas yang kuat, beliau punya andil besar untuk mempertemukan kembali generasi Z dengan musik dangdut yang riang gembira.
Jhonny merupakan penyanyi dangdut yang terkenal tampil nyentrik. Rambut ikal menjuntai melewati bahunya. Kacamata lengkap dengan rantai selalu melekat di wajahnya yang konon terinspirasi dari pelukis Tino Sidin. Topi hampir selalu menutupi ubun-ubun kepalanya. Kalau mengutip kata Jhonny, seorang penyanyi harus punya ciri khas.
Jhonny merupakan pendiri dan mantan vokalis OM PMR. Menurut catatan Kompas, OM PMR sudah hadir sejak 1977 dan kerap mengiringi kelompok lawak Warung Kopi Dono Kasino Indro (Warkop DKI) siaran di Radio Prambors.
Merujuk Rolling Stone Indonesia, OM PMR ditemukan oleh penyiar Prambors dan kemudian rutin mengisi di Prambors Radio untuk mengiringi program milik Warkop DKI. Pantas saja, lagu-lagu humor milik OM PMR yang sebagian ditulis Jhonny diam-diam punya pesan tersendiri lewat gaya nyelenehnya. Bahkan, lagu ”Judul-judulan” sempat dilarang oleh Kementerian Penerangan di bawah Harmoko saat itu.
Baca juga: OM PMR – Alih Generasi Sahabat Racun
OM PMR dengan citranya yang jenaka naik daun setelah lagu ”Judul-judulan” dari album berjudul sama rilis tahun 1987. Saking terkenalnya, orang lebih tahu lagu ini ketimbang siapa penyanyinya. Dalam waktu tiga bulan, album ini terjual hingga dua juta kopi.
”Neng, ayo neng ayo main kawin-kawinan/ daripada kawin beneran/ pikiran pusing tidak karuan//”
Secuplik lirik lagu ”Judul-judulan” di atas merupakan salah satu hit populer OM PMR. Meski begitu, tiap mendengar lagu itu, yang terpatri di dalam pikiran adalah sosok pria berambut gondrong dengan kacamata berantai khasnya, Jhonny Iskandar.
OM PMR telah menghasilkan 15 album dan 7 album kompilasi. Namun, mereka sempat menghilang sejak kerusuhan Mei 1998. Kata Jhonny, selain sepi order, saat itu seluruh master rekamannya terbakar bersama studionya dalam kekerasan massal di Jakarta.
Alhasil, para personel bertahan hidup sendiri-sendiri. Baru satu dekade terakhir, mereka aktif kembali.
Kreativitas OM PMR tetap hidup meski vakum lama. Mereka terkenal jago membuat parodi lagu-lagu dari grup terkenal, sebutlah Efek Rumah Kaca, Naif, dan Seringai. Pada 2017, grup ini memarodikan lagu milik Kunto Aji, yaitu ”Terlalu Lama Sendiri” digubah menjadi “Too Long to Alone”. Menariknya dalam video klip lagu ini, Kunto Aji berperan sebagai Jhonny.
Riang gembira
OM PMR memiliki warna musik yang unik yang disebut sebagai dangdut alternatif oleh sebagian pengamat musik. Jhonny pernah mengatakan, musik mereka memadukan musik gambus, melayu, rock, dan pop. Pokoknya semua jenis musik ada.
”Kalau kita ngomongin Jhonny dan Orkes Moral, kontribusi beliau sangat besar di industrinya. Dengan identitas yang kuat, beliau punya andil besar untuk mempertemukan kembali generasi Z dengan musik dangdut yang riang gembira,” kata Rizky ”Ucup” Aulia, perancang festival dan pendiri Boss Creator.
Ucup mengenal Jhonny sekitar sepuluh tahun silam. Saat itu, OM PMR mulai sibuk lagi. ”Orangnya suka bercanda, enggak serius, dan belum updatedengan kondisi teknis produksi zaman itu. Tetapi, karismanya tetap ada,” ujarnya.
Ucup mengaku menyesal karena belum mengajak Jhonny tampil di festival Pestapora. Padahal, dia berencana mengundang Jhonny ikut untuk tahun ini.
Baca juga: Penulis ”Karmila”, Marga T, Berpulang
Sementara itu, penggemar Jhonny asal Wonogiri, Jawa Tengah, Tutik Lestari (42), mengatakan, musik Jhonny bersama OM PMR memberi kenangan manis sejak masih SD.
”Sedih, ya, Jhonny sudah meninggal dunia. Saya suka lagunya yang judul ’Bukan Pengemis Cinta’,” katanya. Lagu itu menjadi penguat bagi banyak orang patah hati karena ditolak cintanya. Lengkingan nada tingginya pada lagu ini menjadi sesuatu yang istimewa darinya.
Kekhasan ini dan kemampuannya menyatukan lirik satir penuh canda dengan musik dangdut rancak membuat Jhonny mudah dikenali. Kariernya pun panjang umur sejak mendirikan OM PMR pada 1977 hingga ia mangkat pada hari ini.
Tak hanya remaja 1980-an dan 1990-an yang mengenalnya, Jhonny yang penuh humor mampu meretas zaman, baik secara personal maupun sebagai Jhonny Madu Matikutu bersama OM PMR. Terbukti pada 2016 dan 2017, Jhonny bersama orkesnya memenangkan perhatian para penonton lintas usia di Synchronize Fest.
”Audiensnya terus beregenerasi. Salah satunya ketika merilis Orkeslah Kalau Bergitar (2015). Lagu seperti milik Efek Rumah Kaca yang ’Cinta Melulu’ digubah dan itu berhasil merebut hati anak-anak muda saat itu,” ujar Direktur Komunikasi Synchronize Fest Aldilla Karina ketika dihubungi.
Ia pun bercerita mengenai sosok Jhonny yang sangat bersemangat dan menyenangkan. ”Pada 2016, pertama kali di Synchronize, usianya padahal sudah tak muda lagi, tapi gairahnya bersemangat dan pantang kendor. Om Jhonny juga terus memberikan hal yang baru pada kami selaku penyelenggara,” jelas Dilla.
Ia juga mengakui pengaruh yang cukup besar dari Jhonny untuk perkembangan musik Indonesia. ”Luar biasa pengaruhnya. Dangdut rakyat dengan lirik yang sangat relevan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang doyan receh mania. Penampilan yang ikonik dan musiknya yang kreatif juga memiliki kesan,” ungkap Dilla.
Bersama kelompok orkes ini, lahir 22 album. Adapun album teranyarnya adalah PMR Not Dead (2022). Sementara itu, sebagai penyanyi solo, Jhonny memiliki setidaknya empat album, yaitu Yogya-Bandung (1990), Album Terbaik (1999), Laba-Laba Hitam (2000), dan Godain Dong (2000). Kini Jhonny telah beristirahat dengan damai. Selamat jalan, Jhonny.